Industri Kreatif Tumbuh Pesat, Kemenperin Perkuat Ekosistem lewat Creative Business Incubator

: Kemenperin menggelar inkubator bisnis industri kreatif guna meningkatkan inovasi produk dari para industri kreatif./ foto: Humas Kemenperin


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Kamis, 14 November 2024 | 10:35 WIB - Redaktur: Untung S - 137


Jakarta, InfoPublik – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) terus berkontribusi dalam mengakselerasi perkembangan pelaku industri kreatif lokal, khususnya di sektor fesyen dan kriya, melalui berbagai program pendampingan.

Salah satu kegiatan andalan adalah inkubator bisnis industri kreatif yang bertujuan meningkatkan inovasi produk para pelaku industri kreatif.

Industri kreatif, yang banyak digeluti generasi muda, terus berkembang di tanah air dengan menghasilkan produk-produk fesyen, kerajinan, dan furnitur yang unik dan sarat kearifan lokal. Produk-produk ini juga membawa nilai positif sebagai selling point, memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat. Oleh karena itu, upaya pengembangan industri kreatif menjadi salah satu fokus utama Kemenperin.

“Salah satu kegiatan rutin yang kami laksanakan adalah Creative Business Incubator (CBI), yang pada 8 November 2024 telah memasuki tahap presentasi hasil capaian coaching,” ungkap Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita, di Jakarta, Rabu (13/11/2024).

Reni mengapresiasi 30 pelaku IKM yang telah mengikuti program CBI dan berhasil mencapai target, serta mempresentasikan hasil pendampingan mereka. “Seluruh capaian ini tentunya berkat kontribusi semua pihak, termasuk Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) selaku penyelenggara, serta tim pendamping yang membina para peserta selama proses inkubasi,” tambahnya.

Program CBI ini menunjukkan komitmen Kemenperin dalam mendorong IKM fesyen dan kriya menuju level yang lebih tinggi. Nilai tambah ekonomi kreatif pada triwulan I tahun 2024 diperkirakan mencapai Rp749,58 triliun, setara dengan 55,65 persen dari target Rp1.347 triliun untuk tahun ini.

Dirjen IKMA menegaskan bahwa sinergi dengan seluruh stakeholder sangat penting untuk memaksimalkan potensi industri kreatif. “Semangat ini sejalan dengan misi Asta Cita Bapak Presiden, khususnya misi ketiga, yaitu meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, dan mengembangkan industri kreatif, serta misi kelima terkait hilirisasi dan industrialisasi,” jelas Reni.

Ia menambahkan bahwa pelaku industri kreatif perlu terus meningkatkan kemampuan mereka untuk menjawab kebutuhan pasar dan berkontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia.

Meningkatkan Omzet

Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Alexandra Arri Cahyani, menjelaskan bahwa CBI adalah wadah bagi pelaku IKM untuk meningkatkan keterampilan dan memperluas pasar. “Banyak peserta CBI yang berhasil menaikkan omzet mereka dengan memperluas pasar, baik nasional maupun ekspor,” katanya.

Alexandra menyebutkan beberapa alumni CBI yang sukses, seperti IKM Eboni Watch, yang memproduksi jam tangan kayu kontemporer dengan desain menarik. Setelah mengikuti coaching, Eboni Watch meningkatkan skala produksinya dari 200 unit per bulan menjadi 650-800 unit per bulan. Produk mereka diakui secara internasional, menerima penghargaan seperti Indonesia Good Design Selection (IGDS) dan Golden Pin Design Award Taiwan.

Kisah sukses lain datang dari AUM Apparel, produsen pakaian olahraga yoga dari Bali. Setelah mengikuti CBI pada 2019, omzet AUM Apparel meningkat hingga 400 persen, dan skala produksinya naik dari 200 set per bulan menjadi 1.000 set. Produk AUM Apparel kini dipasarkan hingga ke Singapura, Amerika Serikat, Swiss, dan Spanyol.

Kepala BPIFK, Dickie Sulistya Aprilyanto, menegaskan pentingnya inovasi dalam industri kreatif. “BPIFK hadir untuk mendorong pelaku industri kreatif agar lebih maju dan terfasilitasi dengan baik,” ujarnya. BPIFK, sebelumnya Bali Creative Industry Center (BCIC), bertujuan memperkuat ekosistem kewirausahaan di Indonesia dengan prinsip 3C: Create, Connect, dan Catalyze.

Create berarti BPIFK sebagai wadah bagi IKM untuk mengasah keterampilan. Connect sebagai platform yang menghubungkan berbagai stakeholder, dan Catalyze untuk mempercepat pertumbuhan industri kreatif,” tutup Dickie.

 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 13 November 2024 | 11:17 WIB
Anggaran 2025 Turun, Kemenperin Tetap Komitmen Kembangkan Industri Manufaktur Indonesia
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 11 November 2024 | 20:23 WIB
Pameran FurneCraft Expo 2024, Meningkatkan Daya Saing Industri Furnitur Indonesia
  • Oleh Eko Budiono
  • Senin, 11 November 2024 | 20:19 WIB
Pemprov Kalteng Perkuat Pariwisata dengan Gelar Seni dan Budaya Daerah
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Sabtu, 9 November 2024 | 08:28 WIB
Kemenperin Dorong Investasi Startup melalui Program Startup4Industry 2024
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Jumat, 8 November 2024 | 11:14 WIB
Kemenperin Luncurkan Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton Menuju Swasembada 203