Hadiri Rakernas APTRI, Kepala Bapanas Pacu Semangat Petani Gula

: Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) APTRI di Bogor, Jawa Barat pada Rabu (24/7/2024)/Foto : Humas Bapanas


Oleh Farizzy Adhy Rachman, Kamis, 25 Juli 2024 | 12:45 WIB - Redaktur: Untung S - 338


Jakarta, InfoPublik – Badan Pangan Nasional (Bapanas) terus memastikan para petani tebu, termasuk yang tergabung di dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) memiliki semangat menanam demi peningkatan produksi gula konsumsi dalam negeri.

Hal itu disampaikan Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) APTRI di Bogor, Jawa Barat pada Rabu (24/7/2024).

“Hari ini kita terus jaga petani. Saat ini petani tebu lebih senang menanam. Ini karena kami percaya kesejahteraan petani itu berbanding lurus dengan produksi. Dengan HAP terakhir di Rp14.500, petani mulai bisa tersenyum. Tentu karena penetapan HAP mempertimbangkan faktor agroinput yang ada di petani,” lanjut Arief dalam siaran pers yang diterima InfoPublik pada Kamis (25/7/2024).

Tebu sendiri merupakan bahan baku industri gula memiliki peran strategis bagi perekonomian Indonesia dengan industri gula berbahan baku tebu termasuk salah satu sumber pendapatan bagi ribuan petani tebu. 

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), dari total produksi gula dalam negeri di 2022 sebesar 2,4 juta ton sebagian besar bersumber dari perkebunan rakyat di angka 1,5 juta ton atau berkontribusi sampai 63 persen.

“Saat diberi amanah oleh Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Kepala Bapanas yang pertama, memang cukup menantang. Tapi percayalah Bapanas selalu bersama dengan para petani se-Indonesia, termasuk APTRI. Intinya kami akan terus menjaga ekosistem pangan dan kewajaran harga mulai dari tingkat petani sampai konsumen,” ucap Arief

Sebagaimana diketahui, NFA sejak Mei 2024 telah menetapkan kebijakan relaksasi Harga Acuan Pembelian (HAP) gula konsumsi di tingkat produsen sebesar Rp14.500 per kilogram (kg) dan berlaku sampai berakhirnya musim giling atau sampai ada regulasi HAP gula konsumsi yang terbaru. 

Dengan itu, dapat dikatakan kebijakan relaksasi HAP gula konsumsi di tingkat produsen turut mempengaruhi perubahan positif indeks Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR).

Pada Juni 2024, BPS mencatat NTPR berada di angka 149,40 atau mengalami kenaikan 2,68 persen dari bulan sebelumnya. NTPR pada Mei 2024 tercatat di angka 145,50. Sementara pada indeks harga yang diterima oleh petani tanaman perkebunan rakyat juga mengalami eskalasi sebesar 2,88 persen, yakni pada Mei 2024 di 176,77 poin dan pada Juni 2024 menjadi 181,87 poin.

“Bapanas tentunya setiap mau mengubah HAP itu, pasti melibatkan para petani, sehingga petani bisa menyesuaikan dengan agroinputnya. HAP itu sesuai dengan agroinput dan di hilir juga tentunya, supaya daya belinya tidak turun. Kita perlu duduk bersama. Nanti terkait kebutuhan pupuk, saya akan bicarakan dengan Dirut Pupuk Indonesia. Saya juga akan bicarakan dengan ID FOOD dan juga Bulog, untuk menjadi standby buyer Bapak Ibu semua, sehingga harga tidak jatuh di tingkat petani,” kata Arief.

Kepala Bapanas itu menambahkan bahwa dalam penguatan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP), perlu adanya dorongan dana dari pemerintah ke BUMN Pangan. Dalam hal ini, pendanaan dimaksudkan supaya para stakeholder pangan dapat menabung stok gula hingga masa penggilingan berikutnya.

“Jadi penguatan CPP, itu perlu pendanaan di BUMN pangan. Kemarin saya bersama ID FOOD dengan BTN sudah disiapkan pendananya sekitar Rp500 miliar. Ke depan mungkin ada berikutnya Rp3 triliun. Ini inisiasi Badan Pangan Nasional yang meminta Kementerian Keuangan memberikan subsidi bunga pinjaman khusus untuk CPP, termasuk gula. Jadi BUMN pangan bisa menabung stok gula sampai musim giling berikutnya,” tambah Kepala Bapanas.

Adapun stok CPP gula konsumsi per 24 Juli total ada sampai 11,4 ribu ton. Ini terdiri dari Perum Bulog yang mengelola 10,5 ribu ton dan ID FOOD 826 ton. Bapanas sendiri telah memberikan target jumlah minimal stok gula konsumsi di akhir tahun 2024 di kisaran 25 ribu ton. Ini sesuai Keputusan Kepala Bapanas Nomor 379.1/TS.03.03/K/11/2023 Tentang Jumlah, Standar Mutu, dan Harga Pembelian Pemerintah Dalam Rangka Penyelenggaraan CPP Tahun 2024.

Ketua APTRI Soemitro Samadikoen mengapresiasi atas peran Bapanas yang terus bepihak kepada para petani. Soemitro turut mendorong pemerintah agar terus menjaga stok gula konsumsi sebagai CPP.

“Terima kasih atas kehadirannya Pak Arief, bapaknya petani tebu. Kita telah terbantu dengan penetapan HAP dan ini telah memberikan harapan kepada petani kita. Lalu kita tidak boleh melepas kemitraan antara petani dengan pabrik gula," ujar Soemitro.

Pada pembukaan Rakernas APTRI hari ini turut dihadiri Kementerian Pertanian, ID FOOD, Perum Bulog, PT Pupuk Indonesia, Asosiasi Gula Indonesia, beserta sekitar 200 anggota APTRI dan stakeholder lainnya.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 21 November 2024 | 21:41 WIB
Harmonisasi Regulasi Jadi Fokus Utama untuk Wujudkan Swasembada Pangan
  • Oleh Jhon Rico
  • Rabu, 20 November 2024 | 18:15 WIB
Dukung Program Swasembada Pangan Gugus Tugas Polri Diluncurkan
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Sabtu, 16 November 2024 | 13:01 WIB
Komnas HAM Pantau Pemenuhan Hak atas Pangan dan Gizi di Indonesia
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 14 November 2024 | 11:56 WIB
Bapanas Percepat Penyaluran Cadangan Beras Pemerintah untuk Stabilkan Harga di 2024
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 14 November 2024 | 05:48 WIB
Komisi IV DPR RI Tinjau Pompanisasi di Sukoharjo untuk Tingkatkan Produktivitas Beras
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Senin, 11 November 2024 | 14:07 WIB
Zulkifli Hasan Targetkan Swasembada Pangan 2028, Dorong Koordinasi Lintas Sektor