Rapat Hybrid GBFA di Bali, Indonesia Dorong Pembiayaan Aksi Iklim dan SDGs

: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) RI Menggelar Pertemuan Global Blended Finance Alliance (GBFA), Kamis (4/7/2024), di Bali. Foto. Humas Kemenko Marves RI.


Oleh Fatkhurrohim, Jumat, 5 Juli 2024 | 07:23 WIB - Redaktur: Untung S - 167


Bali, InfoPublik – Menindaklanjuti G20 Bali Global Blended Finance Alliance (GBFA) yang merupakan inisiatif dari Indonesia selama Keketuaan di G20 tahun 2022, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) RI menggelar Rapat Hybrid GBFA pada Kamis (4/7/2024) di Bali.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) RI, Luhut B. Pandjaitan, menyampaikan bahwa GBFA memiliki keunikan dan keunggulan sebagai bentuk kontribusi Indonesia kepada negara-negara berkembang. Platform itu merupakan bagian dari Kerja Sama Selatan-Selatan yang bertujuan membantu menutup kesenjangan pendanaan aksi iklim dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di negara-negara berkembang.

Menurut Menko Luhut, Kerja Sama Selatan-Selatan melalui pembentukan South-South Platform bertujuan untuk membangun lingkungan investasi yang saling menguatkan. GBFA memfasilitasi pembuatan country platform bagi anggota GBFA dan negara berkembang lainnya dalam penyusunan kebijakan aksi perubahan iklim.

“GBFA akan menjadi wadah pengembangan kapasitas dengan memfasilitasi penyusunan standar, pedoman, template keuangan atau pembiayaan proyek, dan pengembangan kapasitas terkait kebijakan blended finance di bawah Kerja Sama Selatan-Selatan. Ini juga akan menjadi wadah pelatihan dan pertukaran pengetahuan,” tambahnya.

Melalui manfaat dari GBFA, lanjut Menko Luhut, percepatan penyusunan Articles of Agreement (AoA) dan tahapan lainnya untuk menjadi organisasi internasional perlu segera dilakukan. Hal itu memungkinkan tim negosiasi GBFA yang telah dibentuk untuk segera melakukan perundingan dan menyelesaikan AoA.

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Marves RI, Nani Hendiarti, menambahkan bahwa urgensi pembentukan GBFA adalah karena besarnya kesenjangan finansial untuk meningkatkan aksi iklim dan pencapaian SDGs. Selain itu, banyak penghalang sistemik seperti absennya kerangka kebijakan, terbatasnya kapasitas sumber daya manusia (SDM), dan kurangnya country platform yang dirancang dengan baik di negara-negara berkembang untuk mendorong pembiayaan transisi ekonomi berkelanjutan guna mencapai target SDGs.

GBFA dibentuk dengan visi menjadi aliansi global yang kuat dan dinamis, yang didedikasikan untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan SDGs dan transisi iklim di negara-negara berkembang dengan memobilisasi blended finance dalam skala besar.

 

 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Baheramsyah
  • Selasa, 20 Februari 2024 | 18:16 WIB
Gelar Event Internasional, Tingkatkan Potensi Pemasukan Pariwisata Indonesia
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Kamis, 1 Februari 2024 | 22:55 WIB
KLHK Perkuat Kolaborasi Aksi Iklim di Sumatra
  • Oleh Baheramsyah
  • Selasa, 23 Januari 2024 | 20:54 WIB
G20 Bali GBFA akan Jadi Organisasi Internasional
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Kamis, 11 Januari 2024 | 07:28 WIB
Pj Bupati Serahkan Langsung Seragam Sekolah dan Sepatu di Wilayah Patani