Kemenkop UKM Dukung Pengembangan UMKM Furnitur dan Kerajinan Ramah Lingkungan

: Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki memperlihatkan UMKM Furnitur dan Kerajinan ramah lingkungan/Foto: Kemenkop UKM


Oleh Putri, Rabu, 28 Februari 2024 | 19:56 WIB - Redaktur: Untung S - 198


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) berkomitmen mendukung pertumbuhan wirausaha baru yang ramah lingkungan, terutama dibidang furnitur dan kerajinan mengingat potensi pertumbuhan wirausaha ramah lingkungan yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan hasil riset Kemenkop UKM dan UNDP 2021 menunjukan bahwa sebanyak 84 persen pelaku usaha (termasuk disektor UMKM) tertarik pada bisnis ramah lingkungan.

Hal tersebut disampaikan Menteri Teten dalam sambutan pada acara Annual General Meeting ASMINDO (Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia), Tangerang pada Selasa (27/2/2024).

Sebanyak 58 persen pelaku usaha memulai bisnis untuk memperbaiki lingkungan dan 56 persen memproduksi pakaian ramah lingkungan, produk rendah karbon, dan sistem pengurangan limbah.

"Kami percaya bahwa kerja sama antara pemerintah, industri, dan lembaga terkait akan membawa kita menuju masa depan yang lebih baik," kata Menteri Teten melalui keterangan resminya pada Rabu (28/2/2024).

Lanjutnya, kinerja UMKM disektor furnitur pada 2021-2023 mencapai US$2,8 miliar dengan jumlah serapan tenaga kerja langsung sebanyak 805 ribu. Namun untuk kinerja sektor kerajinan tangan masih belum mampu mengungguli kinerja subsektor kuliner atau fesyen.

Salah satu dukungan yang diberikan KemenKopUKM untuk mendukung wirausaha berkelanjutan disektor furnitur dan kerajinan yaitu dengan membangun Rumah Produksi Bersama (RPB) komoditas rotan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

RPB itu bertugas mengolah bahan baku rotan menjadi bahan baku setengah jadi (Fitrit, Poles) dan Furnitur. Selain itu juga dibangun RPB di Labuan Bajo, NTT untuk memproduksi bambu laminasi sebagai bahan pengganti kayu.

"Bersama Pemda NTT kita akan kembangkan menjadi sekitar 100 ribu hektare lahan (untuk budidaya bambu). Ini potensi yang sangat besar untuk mengembangkan dan memproduksi timber untuk furnitur," kata Menteri Teten.

Meski potensi ekonomi dari produk furnitur dan kerajinan ramah lingkungan sangat tinggi, namun ternyata masih ada berbagai kendala yang menghadang. Permasalahan jaminan ketersediaan bahan baku dan biaya logistik yang tinggi menjadi permasalahan yang harus dituntaskan.

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, Menteri Teten mengajak seluruh pemangku kepentingan berupaya mencari solusi bersama demi kelangsungan dan pertumbuhan sektor ini.

Sementara itu untuk permasalahan pemasaran, pemerintah secara aktif memfasilitasi dan mendukung pameran Industri Furniture IFFINA oleh ASMINDO, KRIYANUSA oleh Dekranas, IFEX oleh HIMKI, dan SAEXPO 2023.

Kemudian dilakukan inisiasi pengembangan Indonesia Trading House (ITH) di China dan Singapura untuk mengembangkan pasar internasional.

"Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjamin ketersediaan bahan baku, memperkuat pasar dalam negeri dan meningkatkan ekspor yang pada gilirannya akan berkontribusi pada pendapatan daerah dan devisa negara," kata Menteri Teten.

Sementara itu Ketua Umum ASMINDO Dedy Rochimat membenarkan bahwa permintaan produk furnitur dan kerajinan ramah lingkungan dipasar internasional terus meningkat. Pada 2022, permintaan furnitur ramah lingkungan mencapai US$51,02 miliar.

"Indonesia berpotensi besar untuk menjadi pusat pengembangan dan produksi furnitur terbesar di dunia. Kita punya kekayaan alam berlimpah di 17 ribu pulau terutama terkait dengan ketersediaan bahan baku furnitur yang berkelanjutan," kata Dedy.

Menurutnya permintaan furnitur di Kawasan Asia diperkirakan mencapai US$179,20 miliar pada 2024 dimana sebesar 5,23 persen atau US$9,37 miliar disumbang oleh permintaan furnitur ramah lingkungan.

Besarnya potensi pasar ini harus direspons dengan membuat pusat-pusat riset dan produksi furnitur ramah lingkungan dikawasan-kawasan industri, termasuk kawasan industri di Indonesia.

Dedy mengatakan Indonesia perlu menyusun target bersama dan menyusun langkah-langkah kerja nyata untuk menghasilkan nilai ekspor furnitur dan kerajinan ke pasar global sebesar 1 persen dari pasar dunia atau sekitar 7 miliar dolar AS per tahun.

"Kata kuncinya adalah sinergi dan kolaborasi semua stakeholder," kata Dedy.

Chairman of Council of Asia Furniture Associations (CAFA) Xu Xiangnan mengatakan menjalankan usaha berkelanjutan menjadi keharusan demi masa depan umat manusia. Oleh sebab itu CAFA siap menjalin kemitraan dengan lembaga pemerintah, organisasi industri, dan perusahaan komersial untuk tumbuh bersama di kawasan Asia Pasifik.

"Kami berupaya mewujudkan gagasan pembangunan ramah lingkungan dan rendah karbon untuk menjadikan industri furnitur Asia sebagai contoh yang baik dalam menerapkan inisiatif bambu sebagai pengganti plastik," katanya.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Jumat, 26 Juli 2024 | 19:51 WIB
Hilirisasi Produk Kakao Jadi Sumber Ekonomi Baru