Bulog Kesulitan Salurkan Jagung ke Peternak

:


Oleh Baheramsyah, Kamis, 15 Juni 2017 | 09:28 WIB - Redaktur: Elvira Inda Sari - 1K


Jakarta, InfoPublik – Perum Bulog mengaku mengalami kesulitan untuk memasok jagung impor ke peternak karena keterbatasan gudang dan sarana.

Direktur Komersial Bulog, Febriyanto menambahkan, kendala dalam memasok jagung lantaran banyak permintaan dari peternak justru menumpuk pada April lalu. Selain itu, armada truk Bulog terbatas.

"Kami sulit mendistribusikan, karena pemesanan kan dilakukan serentak dari Jateng dan Jatim. Sementara gudang dan armada terbatas, dari Jateng saja 30.000 ton, kalau kita pakai wing box (kontainer) kapasitas 25 ton, itu butuh 1.000 lebih truk, jadi memang harus bersabar," jelas Febriyanto di Jakarta, Rabu (14/6).

Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, tahun lalu, pemerintah menugaskan Perum Bulog mengimpor jagung debesar 200.000 ton. Hal ini dilakukan untuk memasok jagung ke peternak rakyat serta industri pakan pasca kelangkaan dan melambungnya harga jagung sejak akhir 2015.

“Tapi, Bulog mengaku kesulitan memasok jagung impor ke peternak, hingga saat ini masih tersisa 62 ribu ton jagung untuk keperluan pakan ternak yang belum terserap,” ujar Djarot saat bertemu dengan peternak rakyat di Kantor Bulog di Jakarta, Rabu (14/6).

Menurut Djarot, karena penyerapan yang lamban itu, Ia mengakui sebagian sisa jagung sudah mengalami penurunan mutu. "Makanya kita perlu segera bergerak sebelum makin banyak yang turun mutu. Karena itu akan ada potensi kerugian”, tambahnya.

Karena lambannya penyerapan sehingga ada sisa jagung sebesar 62.000 ton di gudang Bulog, ini diperkirakan Bulog akan mengalami kerugian sekitar Rp240 miliar. Potensi kerugian itu harus ditanggung Perum Bulog apabila tidak berhasil menjual jagung tersebut kepada peternak.

Bulog menjual jagung ke peternak dengan harga Rp4.000/kg sementara harga jagung lokal mencapai Rp4.500- Rp 4700/kg sehingga peternak sulit menyerap jagung lokal karena harga yang tinggi di tingkat petani.

“Untuk itu Bulog meminta kerjasama para peternak untuk mencari daerah produksi jagung yang memenuhi spesifikasi sebagai pakan ternak, baik secara kualitas dan harga. Selanjutnya, Bulog dapat melakukan serapan jagung untuk kemudian didistribusikan kepada peternak unggas,” tuturnya.

Namun, imbuh Djarot, peternak perlu segera berkoordinasi dengan kementerian teknis terkait jika akhirnya jagung lokal sulit diperoleh.

Jika jagung lokal sulit diperoleh, Bulog juga siap jika akhirnya memperoleh penugasan untuk kembali impor jagung.