Kemperin Kembangkan Batu Mulia ke Pasar Internasional

:


Oleh Wawan Budiyanto, Selasa, 21 Juni 2016 | 08:57 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 959


Jakarta, Infopublik - Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM), Kementerian Perindustrian (Kemperin) Euis Saedah mengatakan, karena pasar industri batu mulia dan perhiasan di Indonesia telah mendapatkan tempat di negara sendiri, perlu dikembangkan dan lebih diperluas  lagi.

“Untuk itu, Kementerian Perindustrian tengah berupaya meningkatkan pengembangan industri batu mulia dan perhiasan asal Indonesia agar dapat diterima di pasar internasional,” kata Euis dalam keterangan resmi yang diterima InfoPublik Selasa (21/6).

Menurut Euis, sektor yang berbasis IKM ini memiliki kemampuan dan potensi untuk lebih dikembangkan dan ditingkatkan produksinya, karena hampir semua provinsi di Indonesia terdapat sumber bahan batu mulia dan perhiasan yang memiliki ciri khas sesuai daerah masing-masing. “Sehingga batu mulia dan perhiasan telah mengakar dalam budaya kita sejak dulu,” ujarnya.

Hingga tahun 2013, IKM batu mulia dan perhiasan tercatat 40.774 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 114.628 orang dan nilai ekspor mencapai USD 78,93 juta.

Di samping itu, kata Euis batu mulia yang selalu dirangkai dengan perhiasan emas dan perak sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat di Indonesia baik dari kalangan bawah, menengah hingga atas.

Sementara itu, berdasarkan data tahun 2015, jumlah perusahaan yang bergerak pada industri perhiasan mencapai 36.636 unit dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 332.802 orang dengan nilai produksi sebesar Rp 11,15 triliun.

Bahkan dengan kondisi ekonomi dunia saat ini yang belum stabil, tidak berpengaruh besar terhadap permintaan ekspor perhiasan di Indonesia. Itu terlihat dari nilai ekspor perhiasan dan permata sebagai komoditi yang terus memberikan nilai positif pada nilai ekspor non migas setiap bulannya.

“Pada Maret 2015, nilai ekspor perhiasan dan permata mencapai USD 538,4 juta atau meningkat sebesar 24,15 persen dibandingkan Februari 2015,” tuturnya.

Euis juga menegaskan, pihaknya terus melakukan upaya pemberdayaan IKM yang telah terbukti mampu bertahan di tengah krisis ekonomi, menyerap banyak tenaga kerja, serta mampu sebagai penunjang dan pemerataan pertumbuhan ekonomi kerakyatan yang mandiri.

Hingga tahun 2014, jumlah IKM mencapai 3,5 juta unit dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 9 juta orang. “Dari jumlah IKM tersebut, nilai investasi mencapai Rp 34,94 triliun dan nilai ekspor sebesar USD 19,6 miliar atau 11,14 persen dari total ekspor industri non-migas,” paparnya.

Sementara itu, Direktur IKM Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, potensi dan peluang industri batu mulia dan perhiasan di Indonesia cukup besar. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya terobosan untuk pengembangan produksi dan peningkatan daya saingnya.

Terkait hal tersebut, beberapa langkah terobosan yang dilakukan Kemenperin, antara lain mendukung lembaga sertifikasi yang terstandar secara internasional, sehingga dapat menerbitkan sertifikat logam dan batu mulia Indonesia yang diakui oleh dunia internasional.

Selanjutnya, memberikan pelatihan dalam rangka peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM), baik di bidang desain, pemotongan batu mulia dan perhiasan, serta penerapan teknologi terkini.

“Kami juga membuat kajian mendalam tentang potensi perhiasan batu mulia Indonesia sehingga masyarakat dunia dapat lebih mengenal dan memahami batu mulia dan perhiasan asal Indonesia,” ujarnya.