Anggaran Penelitian Minim Hambat Pengembangan Bioteknologi

:


Oleh Baheramsyah, Sabtu, 28 Mei 2016 | 19:24 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 478


Jakarta, InfoPublik - Direktur Indonesia Biotechnology Information Center Bambang Purwantara mengungkapkan anggaran penelitian menjadi hambatan pengembangan produk pertanian bioteknologi saat ini.

"Anggaran penelitian saat ini sekitar 0,9 persen dari APBN. Belum lagi untuk penelitian ini, jadi belum bisa dimaksimalkan penelitian kita," ujar Bambang dalam diskusi bioteknologi di kantor penelitian LIPI Bogor, Jumat (27/5).

Dia berharap anggaran penelitian bisa mencapai minimal 2 persen dari APBN seperti di negara-negara lain agar hasil penelitian termasuk produk pertanian bioteknologi bisa berkembang.

Menurutnya, untuk penelitian bioteknologi saja anggarannya dibawah Rp100 miliar. Dengan begitu masih ada beberapa hal yang harus dimaksimalkan. Namun, untuk saat ini pihaknya sudah bekerja maksimal dalam mengembangkan bioteknologi tersebut.

Seperti diketahui, selama ini penelitian bioteknologi menghasilkan beberapa proses pengembangan komoditas padi dan kentang. Kedua komoditas tersebut merupakan dua di antara pengembangan pertanian lain yang siap dirilis ke petani.

Sementara Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Satya Nugraha optimistis varietas padi rekayasa genetika yang ditelitinya bisa disebarkan petani dalam waktu dekat.

"Ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Tapi kami belum tahu kapan bisa dirilis," ujarnya.

Dia menjelaskan, sejak 2003 pihaknya sudah meneliti untuk menciptakan varietas padi yang tahan hama yang selama ini jadi musuh petani.

Dengan demikian, nantinya varietas padi tersebut akan menekan angka kerugian petani hingga 80 persen bahkan 100 persen.

"Selama ini hama pengerek batang adalah musuh petani nomor dua setelah hama wereng. Dengan adanya varietas padi biotek diharapkan bisa tahan hama," ujarnya

Sedangkan pada benih kentang, Komisi Keanekaragaman Hayati (KHH) Bidang Keamanan Pangan Muhammad Herman mengatakan, BB Biogen tengah mengembangkan benih kentang transgenik yang mampu menghemat penggunaan fungisida 50-80 persen.

Bila tidak ada aral melintang, kentang biotek tahan penyakit busuk daun (phytophtora infestans) diharapkan dapat dilepas pada 2018 mendatang.

Dengan penggunaan varietas biotek, kata Herman‎, tanaman kentang akan lebih ramah lingkungan. Selain itu petani dapat menghemat biaya penyemprotan fungisida hingga 50 persen atau minimal Rp 4,09 juta.

"Namun, di lokasi uji coba lainnya, peluang penghematan penggunaan fungsida dapat ditingkatkan hingga Rp 6,55 juta atau 80 persen," terangnya.

Herman menambahkan kentang biotek ini sudah mendapat rekomendasi lolos pengujian keamanan pangan pada tahun 2015. Sementara tahun ini tengah diajukan audit keamanan lingkungan.

"Selanjutnya, di tahun 2017, akan diperiksa persyaratan keamanan pakan. Kita harapkan, tahun 2018, benih kentang transgenik hemat fungsida dapat dilepas ke pasar," pungkasnya.