Batik Jadi Produk Unggulan Indonesia untuk Pasar Afrika

: Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/Baparekraf, Muhammad Neil El Himam, dalam konferensi pers di sela-sela Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak atau High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) dan Indonesia Africa Forum (IAF) ke-2 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, pada Selasa (3/9/2024). Foto: Amiri Yandi/InfoPublik


Oleh Eko Budiono, Selasa, 3 September 2024 | 10:34 WIB - Redaktur: Untung S - 92


Badung, InfoPublik – Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/Baparekraf, Muhammad Neil El Himam, mengatakan bahwa produk ekonomi kreatif dan jasa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan ke Afrika.

Hal itu disampaikan Neil El Himam dalam konferensi pers di sela-sela Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak atau High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) dan Indonesia Africa Forum (IAF) ke-2 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, pada Selasa (3/9/2024).

Menurut Himam, salah satu produk ekonomi kreatif yang dapat menjadi peluang bisnis di Afrika adalah batik, dengan Aljazair sebagai salah satu pasar potensial untuk produk tersebut.

Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Republik Indonesia, Pahala Mansury, menjelaskan empat sektor prioritas yang bisa dikerjasamakan dengan negara-negara Afrika untuk mencapai visi masing-masing menjadi negara maju dan adidaya global di kawasan.

Hal ini disampaikan Pahala dalam sesi Diskusi Panel I, Indonesia-Africa Forum II di Nusa Dua, Badung, Bali, pada Senin (2/9/2024).

Sektor prioritas pertama adalah sektor energi, mengingat Indonesia mengimpor sekitar 500 hingga 600 ribu barel minyak per hari, sementara 10-12 persen cadangan minyak dan gas dunia berbasis di Afrika.

Sektor kedua adalah kerja sama di bidang transisi energi melalui penyediaan bahan baku baterai kendaraan listrik. Indonesia akan membutuhkan lebih banyak nikel dan tembaga untuk membangun dan memproduksi baterai sebagai bagian penting dari transisi energi di masa depan.

Sektor ketiga adalah kerja sama di bidang ketahanan pangan, yang merupakan peluang bagi kedua wilayah mengingat total populasi mencapai 1,7 miliar.

Sektor keempat adalah di bidang perawatan kesehatan, yang juga menjadi fokus dalam kerja sama antara Indonesia dan negara-negara Afrika.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Isma
  • Senin, 16 September 2024 | 07:04 WIB
Wamentan Ajak Pengusaha Eropa Investasi di Pertanian Indonesia
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Jumat, 13 September 2024 | 22:06 WIB
BNPT dan Alumni AL-Azhar Kolaborasi Cegah Intoleransi dan Terorisme
  • Oleh Untung Sutomo
  • Kamis, 12 September 2024 | 11:19 WIB
BPOLBF Raih Penghargaan Kualifikasi Informatif 2024 dari Kemenparekraf
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 12 September 2024 | 04:47 WIB
UMKM Sumut Sukses Manfaatkan Kesempatan di PON XXI 2024 untuk Promosi
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 12 September 2024 | 04:39 WIB
Medan Festival Kuliner, Destinasi Alternatif Para Pengunjung yang Meriahkan PON XXI 2024