Upaya Pembebasan Philips yang Disandera KKB dengan Pendekatan Persuasif

:


Oleh Ahmed Kurnia, Jumat, 24 Februari 2023 | 15:22 WIB - Redaktur: Untung S - 16K


Jakarta, InfoPublik – Sudah hampir dua minggu, nasib Philips Max Mehrtens, pilot Susi Air masih belum jelas. Pilot asal Selandia Baru itu disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang mengklaim sebagai Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).

“OPM menangkap saya untuk Papua Merdeka," ujar Philips melalui video yang diedarkan oleh KKB. Kemudian dia melanjutkan dengan kalimat yang sama dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Pilot pesawat Susi Air tipe Pilatus Porter PC 6/PK-BVY dengan nomor penerbangan SI 9368 tujuan Timika - Paro dibakar di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan, pada Selasa (7/2/2023) silam. Pesawat nahas itu setelah mendarat, dibakar di tengah landasan oleh KKB yang dipimpin Egianus Kogoya. Satu pilot dan lima penumpang ketika itu tidak ditemukan. Belakangan, lima penumpang dibebaskan dalam keadaan selamat. Dan seorang pilot masih disandera.

Berdasarkan gambar yang dikirim Juru Bicara KKB (yang mengklaim sebagai TPNPB-OPM) Sebby Sambom, pilot Philips tampak memakai topi, kaos hitam dibalut jaket jin warna biru, dan bercelana pendek. Dalam foto itu Philips berdiri dan dikelilingi oleh anggota KKB. Beberapa di antara mereka terlihat mengacungkan senjata api.

Sementara itu, dalam potongan video lainnya yang juga dikirimkan oleh KKB, Sebby mengakui pihaknya menyandera Philips sebagai jaminan agar kemerdekaan Papua diakui. Philips dijadikan sebagai tahanan politik.

"Kami sampaikan bahwa secara resmi, pilot asal Selandia Baru ditahan sebagai jaminan politik sebagai negosiasi hak kemerdekaan Papua Barat," ujar Sebby dalam video berdurasi 2.51 menit.

Hingga berita ini ditulis pihak TNI-Polri belum berhasil membebaskan Philips. Namun pihak aparat sudah mengendus titik ordinat keberadaan Philips yang disandera oleh KKB. Menurut Menko Polhukam Mahfud MD, pemerintah masih mengedepankan pendekatan persuasif.

Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Kav. Herman Taryaman mengatakan pihaknya juga telah menyiapkan tim untuk mengevakuasi pilot Philips. Tim Gabungan TNI-Polri terus berkoordinasi dengan para tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan pihak pemerintah daerah, demikian pernyataan Herman dalam keterangan tertulis, Selasa (14/2) lalu.

Nasib yang menimpa Philips juga pernah dialami Richard Emil Sapsford pada Agustus 2018 lalu. Richard, juga pilot Susi Air dan berkebangsaan Selandia Baru. Peristiwa penyanderaan oleh KKB itu terjadi di Distrik Nduga, Papua.

Penyanderaan dilakukan oleh kelompok yang sama, yaitu yang dipimpin oleh Egianus Kogoya.

Richard disandera bersama seorang pendeta lokal yang saat itu sedang bepergian bersamanya. Mereka kemudian dibawa ke pegunungan Nduga oleh kelompok KKB. Setelah tiga pekan disandera, Pilot Richard akhirnya dibebaskan oleh KKB pada September 2018 setelah negosiasi antara kelompok tersebut dengan pemerintah Indonesia dan pihak Susi Air. Pendeta yang disandera bersama Richard juga berhasil dibebaskan beberapa hari kemudian.

Basis KKB

Pihak aparat keamanan sejauh ini telah memetakan ada beberapa tempat yang menjadi basis operasi KKB, yakni di Kabupaten Nduga, Intan Jaya, Puncak Jaya, Puncak, Yahukimo, dan Kabupaten Pegunungan Bintang.

Di Kabupaten Nduga, pernah terjadi insiden penembakan pada 2018 lalu, yang menewaskan sejumlah pekerja jalan di Trans Papua. Kelompok KKB di Nduga diperkirakan dipimpin oleh Egianus Kogoya. Di Intan Jaya daerah ini juga menjadi sorotan setelah serangkaian serangan dan penembakan terhadap aparat keamanan dan warga sipil pada 2020, yang menewaskan sejumlah orang. Kelompok KKB di Intan Jaya diketahui dipimpin oleh Lekagak Telenggen.

Daerah pegunungan di Kawasan Kabupaten Puncak itu juga sering dikaitkan dengan aktivitas KKB. Di tempat itu ada sejumlah desa yang menjadi basis kelompok KKB. Selain wilayah-wilayah tersebut, KKB juga diketahui memiliki basis dan melakukan aksi di daerah-daerah lain di Papua Barat. Namun demikian, keberadaan KKB seringkali sulit dipastikan karena kelompok ini beroperasi secara rahasia dan terkadang berpindah-pindah wilayah.

Sumber senjata bagi KKB juga tidak jelas dan muncul berbagai spekulasi. Di antaranya ada yang mengatakan bahwa KKB mendapatkan pasokan senjata dari perdagangan senjata ilegal yang terjadi di sekitar wilayah Papua. Beberapa senjata juga diperoleh dari pencurian atau perampokan yang dilakukan oleh KKB.

Hingga saat ini KKB tidak memiliki satu pemimpin yang terpusat – masing-masing kelompok hanya memiliki pemimpin lokal. Mereka terdiri dari beberapa kelompok kecil yang tersebar di beberapa wilayah di Papua Barat.

Tokoh-tokoh yang berada di belakang KKB, selain Egianus Kogoya juga ada nama Martinus Aisnak, Frengky Muuk Orocomna, Tom Aimau, Manfret Fatem, Manuel Aimau, dan Habel Aisnak. Secara keseluruhan, jumlah anggota KKB diperkirakan sekitar 150 orang.

Foto: Istimewa