- Oleh MC KAB BANGGAI
- Rabu, 19 Maret 2025 | 14:30 WIB
© 2023 - Portal Berita InfoPublik.
:
Oleh MC KAB SLEMAN, Jumat, 28 Maret 2025 | 06:32 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 144
Sleman, InfoPublik – Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi balita stunting secara nasional mencapai 21,5 persen, sementara di Provinsi D.I. Yogyakarta sebesar 18 persen. Adapun Kabupaten Sleman mencatat angka yang lebih rendah, yaitu 12 persen.
Berdasarkan data terbaru dari ePPGBM (elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) tahun 2024, prevalensi stunting di Sleman bahkan turun menjadi 4,41 persen, dari 4,51 persen pada tahun sebelumnya.
“Meskipun angka ini lebih baik dibandingkan tingkat nasional maupun provinsi, upaya percepatan penurunan stunting tetap harus dilakukan secara berkelanjutan,” ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Sleman, Wildan Solichin, dalam Workshop Rembuk Stunting Kabupaten Sleman Tahun 2025, yang digelar di Merapi Ballroom Prima SR Hotel & Convention, Kabupaten Sleman pada Selasa (25/3/2025).
Wildan menegaskan bahwa penurunan angka stunting menjadi salah satu prioritas utama dalam RPJPD Sleman 2024–2045, mengingat dampaknya terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan.
“Stunting tidak hanya soal kesehatan, tapi juga menyangkut masa depan generasi dan pembangunan daerah. Karena itu, kebijakan pemerintah diarahkan secara terpadu untuk menurunkannya,” jelasnya.
Komitmen ini turut ditegaskan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman, Susmiarto, yang menyebutkan bahwa workshop ini merupakan bentuk konsolidasi lintas sektor untuk merumuskan strategi baru dalam menekan angka stunting.
“Melalui evaluasi capaian dan strategi baru, kita harapkan prevalensi stunting di Sleman terus menurun secara signifikan,” ucapnya.
Ia juga menyoroti program prioritas Bupati dan Wakil Bupati Sleman yaitu Bergas Waras Cerdas, yang fokus pada pemenuhan gizi 1.000 hari pertama kehidupan dan peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak.
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi DIY, Muhammad Iqbal Apriansyah, menekankan pentingnya penanganan stunting yang berkelanjutan dan inklusif, dengan melibatkan semua unsur pentahelix, yaitu: pemerintah, swasta, perguruan tinggi, media massa, dan masyarakat.
“Rembuk Stunting ini menjadi gong awal kontribusi seluruh elemen sesuai peran masing-masing,” tegasnya.