Dukun Bayi di Temanggung: Penolong yang Masih Dibutuhkan Masyarakat

:


Oleh MC KAB TEMANGGUNG, Selasa, 7 Januari 2025 | 19:43 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 117


Temanggung, InfoPublik – Profesi dukun bayi diperkirakan sudah ada sejak zaman kuno, jauh sebelum ilmu kedokteran modern berkembang seperti saat ini. Peran mereka sangat penting, terutama dalam membantu ibu yang baru melahirkan hingga masa nifas 40 hari pasca persalinan.

Namun, seiring dengan kemajuan zaman, profesi ini semakin langka. Jumlah dukun bayi di Kabupaten Temanggung terus berkurang, dan regenerasinya hampir tidak ada.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung, Intan Pandanwangi Bandanawati, keberadaan dukun bayi hingga saat ini masih membantu tenaga medis dalam perawatan ibu dan anak di daerah terpencil yang jauh dari fasilitas kesehatan.

"Dukun bayi tetap dibutuhkan, terutama di desa-desa yang akses kesehatannya masih terbatas. Namun, untuk regenerasinya sangat minim. Saat ini, mereka lebih berperan sebagai mitra bidan atau penolong sekunder," ujar Intan saat peresmian gedung baru Puskesmas Tembarak, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah pada Senin (6/1/2025).

Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung mengaku telah memberikan penyuluhan kepada dukun bayi yang masih aktif, agar mereka bisa menerapkan prosedur yang benar dalam merawat ibu dan bayi pasca persalinan. Namun, regenerasi dukun bayi masih menjadi tantangan besar.

"Kami terus melakukan pelatihan kepada dukun bayi yang masih ada. Namun, jumlah mereka semakin berkurang karena banyak yang sudah sepuh dan tidak ada generasi penerusnya," jelas Intan.

Fenomena ini juga diakui oleh Kenti (41), seorang dukun bayi asal Desa Tawangsari, serta Istinganah (44) dari Gembingan Purwodadi, Kecamatan Tembarak. Mereka menyatakan bahwa meskipun profesi ini masih dibutuhkan di pedesaan, namun semakin sedikit orang yang tertarik untuk meneruskannya.

"Biasanya profesi ini diwariskan secara turun-temurun, dari nenek ke ibu, lalu ke anak perempuan. Tapi sekarang, anak-anak kami belum tentu mau meneruskannya. Saya berharap, kalaupun tidak jadi dukun bayi, setidaknya mereka bisa menjadi perawat atau tenaga medis," kata Kenti.

Meskipun jumlahnya semakin berkurang, dukun bayi masih memiliki peran dalam komunitas pedesaan. Namun, tugas mereka kini telah berubah dan lebih berfokus sebagai mitra bidan. Mereka tidak diperbolehkan lagi untuk menangani persalinan atau memotong tali pusar bayi.

Tugas utama mereka saat ini adalah melakukan pijatan pasca persalinan kepada ibu dan bayi serta membantu memandikan bayi selama 40 hari pertama. Di wilayah Tembarak, ada sekitar 17 dukun bayi yang masih aktif dan sering mengikuti pertemuan di Puskesmas.

Dengan semakin berkembangnya layanan kesehatan modern, peran dukun bayi kini lebih sebagai pendamping dan perawat ibu serta bayi setelah persalinan. Namun, jika tidak ada regenerasi, profesi ini kemungkinan akan punah dalam beberapa dekade mendatang.

Ke depan, pemerintah daerah perlu mencari solusi agar keberadaan dukun bayi bisa tetap berkontribusi dalam pelayanan kesehatan, tanpa melanggar standar medis yang berlaku. (ary;ekp)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC PROV KALIMANTAN BARAT
  • Kamis, 19 Desember 2024 | 18:24 WIB
Bonus Demografi Harus Dimanfaatkan untuk Generasi Emas 2045
  • Oleh MC KOTA DUMAI
  • Kamis, 19 Desember 2024 | 11:52 WIB
Inisiatif Pemkot Dumai: Melindungi Ibu dan Bayi dari Risiko Penyakit Berbahaya
  • Oleh MC KAB AGAM
  • Kamis, 28 November 2024 | 12:41 WIB
Kesehatan Keluarga Dimulai dari Kesadaran Peran Ayah