- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Senin, 16 Desember 2024 | 05:39 WIB
: Pentingnya menyamakan persepsi antara program studi TRET dan dunia usaha dan dunia industri. (Foto: istimewa)
Oleh MC PROV GORONTALO, Rabu, 6 November 2024 | 09:12 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 257
Kota Gorontalo, InfoPublik – Program studi Teknologi Rekayasa Energi Terbarukan (TRET) Sekolah Vokasi Universitas Negeri Gorontalo (UNG) menggelar Rekonstruksi Kurikulum TRET, Senin (4/11/2024).
Kegiatan ini dihadiri sejumlah pemangku kepentingan di dunia industri dan Pemerintah Provinsi Gorontalo, antara lain Manajer PT Bone Bolango Energi, Manajer PT Quantum Solar Energi, serta Kepala Dinas Penanaman Modal, ESDM dan Transmigrasi.
Kegiatan ini bertujuan menyamakan persepsi antara program studi TRET serta dunia usaha dan dunia industri, kurikulum yang bersesuaian dengan kebutuhan di industri serta untuk mendapatkan masukan dari dunia industri untuk ditambahkan di kurikulum, agar lulusan TRET ketika bekerja sudah tidak asing lagi.
“Tujuan rekonstruksi kurikulum ini merupakan Langkah penting untuk memastikan keselarasan antara pendidikan dengan kebutuhan industri. Hal ini membantu dalam membentuk mahasiswa yang kompeten dan siap kerja, serta mengurangi kesenjangan antara dunia pendidikan dan realitas di dunia kerja,” kata Ervan H. Harun MT, Koordinator Program Studi TRET Sekolah Vokasi UNG.
Ervan menawarkan pendekatan dual system pendidikan, melalui pengintegrasian pembelajaran teori di kampus dengan praktik industri melalui model 6-1-1, yaitu enam semester di kampus, 1 semester magang dan satu semester proyek di kampus/industri. Kolaborasi dengan industri ini dimaksudkan untuk memperoleh sertifikasi kompetensi mahasiswa.
Melalui proses dalam sistem pendidikan ini diharapkan lulusan pendidikan vokasi memiliki kompetensi dan berkualifikasi, mampu menjembatani (interface) insinyur dan operator, menjadi trend setter, menjadi job creator maupun job seeker yang sadar, dan paham keunggulan daerahnya, serta menjadi agen pejuang kedaulatan yang memiliki kemampuan entrepreneurial.
“Perguruan tinggi vokasi memiliki peran sangat strategis dalam menyiapkan generasi muda untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan karakter yang unggul sehingga menjadi tenaga kerja yang siap terjun di dunia industri atau usaha bahkan wiraswastawan,” ujar Ervan.
Dalam kegiatan ini, Ervan juga memaparkan implementasi kurikulum Outcome-Based Education atau OBE atau pendidikan berbasis capaian. Ini merupakan pendekatan pendidikan yang befokus pada hasil yang diharapkan dari proses ]embelajaran, yaitu menentukan apa yang harus dipelajari dan dicapai oleh mahasiswa pada akhir sebuah mata kuliah atau program. Pendidikan ini menekankan pada keterampilan dan pengetahuan yang terukur yang harus ditunjukkan mahasiswa setelah menyelesaikan program.
Ada enam komponen dalam OBE, yaitu capaian pembelajaran yang jelas, desain kurikulum yang selaras dengan capaian, pembelajaran berpusat pada mahasiswa, metode penilaian yang fleksibel dan beragam, perbaikan berkelanjutan serta ekspektasi dan standar yang tinggi.
Manfaat kurikulum OBE ini dapat memastikan kejelasan bagi mahasiswa dan instruktur tentang harapan yang harus dicapai, menyelaraskan pendidikan dengan kebutuhan nyata di dunia kerja, serta mendorong skuntabilitas dan perbaikan berkelanjutan Dalam program pendidikan.
“Ada tiga dampak positif bagi industri dan masyarakat, yaitu mendukung energi berkelanjutan, meningkatkan kualitas SDM Indonesia, dan kolaborasi perguruan tinggi dan industri,” tutur Ervan.
Dalam rekonstruksi kurikulum yang dihadiri para manajer sejumlah perusahaan dan pemangku kepentingan di pemerintahan, Ervan menjelaskan secara detail teknis tahapan proses penyusunan kurikulumnya. (mcgorontaloprov)