- Oleh MC KAB SLEMAN
- Kamis, 21 November 2024 | 11:14 WIB
: BPBD Kabupaten Sleman mengadakan simulasi mitigasi bencana alam, yang diikuti oleh seluruh civitas akademika, yakni siswa, guru, dan pegawai sekolah, Rabu (16/10/2024).
Oleh MC KAB SLEMAN, Kamis, 17 Oktober 2024 | 16:30 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 131
Sleman, InfoPublik - Berada di kawasan dekat Gunung Merapi, sering dilanda angin kencang, hingga berkembangnya informasi potensi ancaman Megathrust, mewajibkan setiap warga Sleman harus bisa memahami karakteristik bencana serta strategi menghadapinya. Dengan pemahaman yang baik, diharapkan ketika terjadi bencana bisa melakukan tindakan tepat sehingga meminimalisir korban.
Kondisi tersebut yang melandasi MAN 4 Sleman bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman mengadakan simulasi mitigasi bencana alam, yang diikuti oleh seluruh civitas akademika, yakni siswa, guru, dan pegawai sekolah, Rabu (16/10/2024). Kegiatan bertujuan agar warga sekolah selalu meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana yang berpotensi terjadi di wilayah Sleman.
Sebelum simulasi menghadapi bencana, Ismardiyanto dari BPBD Sleman menjelaskan langkah-langkah penting menghadapi bencana. Ia menekankan pentingnya tidak panik, tetap tenang dan memahami tindakan yang tepat. “Dalam menghadapi setiap bencana, setiap orang harus bersikap tenang serta mengetahui dan memahami tindakan yang harus dilakukan,” ungkapnya.
Simulasi mencakup mitigasi tiga jenis bencana alam, yakni erupsi Gunung Merapi, gempa bumi, dan angin kencang.
Pertama, saat terjadi gempa bumi di kelas Ismardiyanto menjelaskan tindakan yang perlu dilakukan adalah segera melakukan drop, cover, and hold on, yaitu berlindung di bawah meja, melindungi kepala, dan berpegangan hingga guncangan berhenti. Ia juga mengingatkan untuk menghindari jendela dan barang berat. “Jika tidak ada tempat berlindung, siswa harus duduk di lantai dan melindungi kepala mereka,” jelasnya.
Setelah guncangan berhenti lanjut Ismadiryanto, siswa diminta untuk melakukan evakuasi secara tertib melalui jalur aman dan berkumpul di titik aman yang jauh dari bangunan dan tiang listrik. Mereka juga diingatkan untuk mengikuti arahan guru atau petugas demi menjaga keselamatan.
Kedua, ketika terjadi angin kencang di luar kelas, siswa harus segera mencari tempat perlindungan yang aman, seperti gedung atau tempat berlindung yang kokoh, serta menjauhi pohon dan tiang listrik. Jika tidak ada tempat berlindung, siswa harus menunduk, melindungi kepala dengan tangan, dan berjongkok di tempat yang rendah.
Ismadiryanto mengimbau para siswa untuk tidak berlari untuk mengurangi risiko terjatuh. Setelah angin mereda, siswa harus berkumpul di titik aman yang ditentukan dan mengikuti arahan guru untuk menjaga keselamatan.
Menghadapi bencana ketiga yakni erupsi Gunung Merapi, siswa diharapkan segera melakukan evakuasi ke lokasi aman sesuai instruksi pihak berwenang dan menjauhi daerah yang berpotensi terpapar lahar, abu vulkanik, dan gas beracun. Mereka juga disarankan melindungi diri dengan masker untuk mencegah inhalasi abu vulkanik.
Setelah evakuasi, siswa harus berkumpul di tempat yang aman dan memantau informasi terkini dari pihak berwenang untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut. “Dengan langkah-langkah ini, keselamatan siswa dan masyarakat dapat terjaga,” ujar Ismadiryanto.
Seluruh civitas akademika tampak antusias mengikuti kegiatan ini. Kepala MAN 4 Sleman, Ahmad Arif Makruf, berharap kegiatan ini dapat memberikan bekal bermanfaat bagi semua peserta dalam upaya mencegah dan meminimalisir terjadinya korban saat bencana alam terjadi. (Edy - KIM Sumber Biwara Moyudan)