- Oleh MC PROV BANTEN
- Selasa, 19 November 2024 | 12:34 WIB
: Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar menghadiri Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di Sasana Bhakti Praja, Kantor Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, Jl Medan Merdeka Utara No. 7 Jakarta, Senin (7/10/2024). Rapat dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia M Tito Karnavian. Gambar oleh Biro Adpimpro Setda Provinsi Banten
Oleh MC PROV BANTEN, Selasa, 8 Oktober 2024 | 12:09 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 182
Banten, InfoPublik - Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar menegaskan inflasi di Provinsi Banten secara umum terkendali dengan baik. Kuncinya kata dia, dengan mengendalikan harga komoditi yang bergejolak seperti beras, ayam ras dan telur dengan sungguh-sungguh.
Hal itu disampakain Al Muktabar ketika menghadiri Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di Kantor Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, Jakarta, Senin (7/10/2024). Rapat dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia M Tito Karnavian.
“Secara umum inflasi kita terkendali baik. Karena merupakan rentang ideal antara penetapan bank sentral (Bank Indonesia, red) yaitu 2,5 plus minus 1,” ucap Al Muktabar.
Ia menambahkan, khusus ayam ras dan telur diupayakan harganya selalu seimbang karena berada di bawah harga eceran tertinggi (HET). “Kalau terlalu dalam, bisa merugikan para petani. Sehingga kita harus melakukan keseimbangan,” jelasnya.
Mengutip penjelasan Mendagri M Tito Karnavian, sejak kemerdekaan inflasi Indonesia saat ini sangat terkendali. Ia menyampaikan, Presiden Joko Widodo memberikan apresiasi tinggi atas capaian inflasi year on year dan angka deflasi bulanan saat ini.
Terakhir, pada September 2024, angka inflasi tahunan Indonesia secara year-on-year mencapai 1,84 persen dan terjadi terjadi deflasi -0,12 persen. Angka ini turun dibanding periode Agustus 2024 yang mencapai 2,12 persen.
“Lima bulan berturut-turut deflasi apakah karena daya beli masyarakat turun, kita lihat komponen inflasi,” ungkap Tito.
Menurutnya, deflasi yang terjadi bukan karena turunnya permintaan akibat daya beli masyarakat turun. Hal itu bisa dilihat dari komponen inflasi. Di mana inflasi terjadi pada komponen inflasi inti (core) seperti pakaian, pendidikan, transportasi, perawatan tubuh dan sebagainya. Hal itu menunjukkan meningkatnya permintaan dan daya beli masyarakat.
Lanjut Tito, deflasi terjadi pada komponen inflasi volatile (bergejolak) yang merupakan kebutuhan primer masyarakat seperti bahan pangan. Namun, pihaknya juga tidak ingin deflasi terjadi secara tajam karena akan membuat sulit produsen atau petani.
Menurutnya, Indonesia bukan hanya negara konsumen tapi juga negara produsen. Tito berharap penurunan harga jangan terlalu dalam. “Meski pembeli senang tapi produsen/petani jangan sampai kesulitan biaya produksi selanjutnya,” pungkasnya. (Mills/ MC Prov Banten)