- Oleh MC KAB BATANG
- Selasa, 8 Oktober 2024 | 20:05 WIB
: Plt Kepala Dispaperta Batang Wahyu Budi Santoso (kiri), memberikan sambutan saat menggelar FGD Database Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang tahun 2024 di Hotel Sendang Sari Batang.
Oleh MC KAB BATANG, Rabu, 6 Maret 2024 | 10:17 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 168
Batang, InfoPublik – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Batang, Wahyu Budi Santoso membuka Focus Group Discussion (FGD) Database Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang tahun 2024, Selasa (5/3/2024).
Wahyu menyampaikan, tujuan kegiatan ini untuk menyediakan data statistik yang lengkap, akurat dan mutakhir dalam rangka mewujudkan Sistem Statistik Nasional (SSN) yang andal, efektif dan efisien guna mendukung pembangunan nasional.
“Untuk memenuhi kebutuhan data statistik dalam perencanaan pembangunan, perlu adanya kegiatan pengolahan, updating dan analisis data secara berkesinambungan,” jelas Dispaperta Batang, Wahyu di Hotel Sendang Sari Batang, Kabupaten Batang. Ia menambahkan, data merupakan informasi berupa angka tentang karakteristik atau ciri-ciri khusus suatu populasi. Hal ini disampaikan oleh
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Batang, Heni Djumadi mengatakan, jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya terus bertambah. Hal ini berdampak pada kebutuhan pangan yang terus meningkat sehingga menyebabkan kenaikan harga kebutuhan pokok.
Begitu juga faktor alam, menurut Heni, turut memengaruhi kenaikan bahan pangan. “Faktor alam yaitu fenomena Elnino, yang berakibat mundurnya musim tanam karena curah hujan berkurang yang terjadi pada tahun 2023,” terangnya.
Akibatnya, terjadi penyesuaian musim tanam sehingga musim panen juga diperkirakan mundur yaitu pada Maret-April 2024. Berkurangnya jumlah produksi padi lokal di awal 2024 berdampak pemerintah melakukan kebijakan impor beras untuk mencukupi kebutuhan beras di masyarakat
Dijelaskannya, bahwa perlu penguatan kolaborasi sehingga pemanfaatan data pertanian seperti tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan sektor pertanian lainnya dapat terkelola dengan lebih baik. Dengan demikian, ke depan data-data tersebut mampu menjadi alat ukur ketahanan pangan yang andal dan terkini. (MC Batang, Jateng/Jumadi/Sri Rahayu)