Kerajinan Tenun Cag-Cag, Bangkit Kembali

:


Oleh MC KAB GIANYAR, Kamis, 22 Desember 2022 | 14:20 WIB - Redaktur: Kusnadi - 292


Gianyar, InfoPublik - Pandemi COVID-19 selama 2 tahun belakangan memang mampu memporakporandakan perekonomian masyarakat, namun tidak mematikan kreativitas dan daya juang masyarakat. Buktinya di tengah pandemi COVID-19, kerajinan tenun Cag-Cag yang dulunya mati suri kini kembali bangkit.

Diceritakan anggota kelompok tenun Sari Bhakti, Wayan Suwarni, bangkitnya tenun Cag-Cag berawal dari seorang bule yang tinggal di Kawasan Pejeng Kangi, Gianyar,  ingin membangkitkan kembali potensi suatu daerah dan diberikan bantuan sebesar 1 juta rupiah untuk memulai. Dari modal 1 juta tersebut, Suwarni mengaku memulai membuat tenun Cag-Cag. Hasil tenunannya pun dipasarkan melalui media sosial.

“Dari modal 1 juta kami berproses berproduksi dan hasilnya dipasarkan melalui media sosial. Dan ternyata mendapat sambutan baik dari masyarakat umum,” ujarnya ketika ditemui Tim Liputan Diskominfo, di Desa Pejeng Kanging, Gianyar, Rabu, (21/12/2022).

Gayung bersambut, kreativitas tenun Cag-Cag dibawah naungan Sari Bhakti tersebut terdengar oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Gianyar. Dekranasda Gianyar yang dikomandoi Ny. Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra bersama Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Gianyar akhirnya menggelar bimtek desain tenun dan pewarnaan alami bagi Kelompok Tenun Sari Bhakti.

Saat bimtek tersebut Kelompok Tenun Sari Bhakti diajarkan cara membuat berbagai warna yang berasal dari berbagai jenis daun seperti daun kopi untuk warna coklat, daun mangga untuk warna kuning, daun ketapang dan daun singapur untuk warna hitam, daun kayu secang untuk warna merah dan daun indigo untuk warna biru.

Dalam bimtek tersebut penenun juga diajarkan  menggunakan benang katun, yang dikombinasikan dengan benang glos yang sedikit kasar. Artinya mengkombinasikan benang yang halus dengan dengan benang yang sedikit kasar, tapi bisa bagus hasilnya. Ini merupakan salah satu trik dari Dekranasda Gianyar untuk mempercantik hasil tenunan dari penenun di samping juga akan meningkatkan harga.

Kelompok Tenun Cagcag Sari Bhakti kini telah aktif mengikuti pameran, mulai dari pameran pembangunan Provinsi Bali maupun pameran lainnya. Mengenai harga, Wayan Suwarni mengatakan harga selendang saja berkisar antara 100 hingga 500 ribu rupiah tergantung besaran dan motif.

“Kalau harga untuk selendang atara 100 sampai 500. Kalau yang ini 100 ribu,”ujarnya sambal menunjuk selendang dengan panjang  80 cm  dan lebar 10 cm.

Mengenai pengerjaannya, satu buah selendang bisa dikerjakan antara 2 sampai 3 hari tergantung ukuran dan tingkat kerumitannya.

Ditanya mengenai bisa disebut Tenun Cag-cag, Suwarni menjelaskan bahwa alat yang digunakan berbeda dengan alat tenun lainnya. Dimana dalam tenun Cag-Cag, alat tenun dikaitkan di pinggang, memakai por, apit, pandalan tempat benang dan lainnya.

Suwarni sendiri mengaku bisa menenun sejak ia masih gadis, namun seiring waktu ia lebih memilih bekerja di sector pariwisata. Namun kini ia kembali menenun mengingat pariwisata yang mati suri.

“Saya memang bisa nenun dulunya, namun kini harus belajar lagi. Dulu berhenti nenun karena bekerja di pariwisata tapi sekarang balik lagi nenun,” ujarnya.

Kepala Desa Pejeng Kangin, Dewa Nyoman Putra mengatakan kini di desanya memiliki 2 kelompok tenun Cag-Cag.

“Di Pejeng Kangin sekarang ada 2 kelompok tenun yaitu kelompok perajin Merak Mas di Banjar Pengembungan dan Kelompok Perajin Tenun Sari Bakti di Banjar Pesalakan dengan beranggotakan hampir lebih dari 30 orang,” ujar Perbekel yang baru dilantik tersebut.

Dewa Putra juga menambahkan bahwa kelompok perajin Merak Mas sudah pernah dikunjungi oleh ketua DPR RI Puan Maharani Bersama Mentri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Gusti Ayu Bintang Darmawati.

Harapannya, Tenun Cag-Cag  Desa Pejeng Kangin dapat diterima masyarakat sehingga mampu bertahan ditengah situasi sulit ini. Dewa Putra juga mendorong agar kelompok tenun untuk sering mengikuti pameran guna memperkenalkan hasil tenunan.

“Saya berharap kelompok pertenunan baik Sari Bhakti maupun Merak Mas lebih aktif mengikuti pameran untuk memperkenalkan produknya serta memasarkannya lewat media sosial,” pungkas Dewa Putra. (MC Gianyar)