:
Oleh MC Kabupaten Banyuasin, Selasa, 12 April 2016 | 18:53 WIB - Redaktur: Tobari - 2K
Pangkalan Balai, InfoPublik - Pengelola Hutan Kemampo UPT Litbang Palembang Mualimin mengemukakan, bahwa menjaga kelestarian hutan tropis dan keanekaragaman hayati adalah sangat penting dilakukan, agar kelak anak cucu turut menikmati.
Secara kontinyu, tugas tersebut dilakukan Kementerian Kehutanan (Kemenhut) RI melalui Ditjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial dan Balai Pembenihan Hutan (BPHT) Sumatera, di kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDKT) Kemampo.
Hutan terhampar 250 Ha, jadi aset penting perlindungan vegetasi atau pohon langka, milik daerah Banyuasin, terletak di Kelurahah Kayuara Kuning, Kecamatan Banyuasin III.
Alam hutan edukasi Kemampo, selama ini telah menjadi pusat pembibitan unggul, penelitian oleh pelajar, mahasiswa, sekaligus rumah bagi sekitar 50 jenis pohon asli dan endemik langka serta ratusan jenis tanaman.
Di antara varietas langka, seperti pohon Talok, Pelawan, Lamtoro, pohon Tembesu, Meranti, kayu Seru. Kemudian Ulin atau kayu besi, Meranti, pohon Bambang Lanang, Bawang, dan Jelutung, serta Kayu Laban.
Mualimin, selaku pengelola Hutan Kemampo UPT Litbang Palembang, mengatakan untuk tanaman asli di hutan Kemampo ada 50 vegetasi asli yang masih dipertahankan. Sejak tahun 1990 sudah habis, sekarang tanaman baru bibitnya kita datangkan dari daerah lain.
Misalnya pohon Lamtoro, Jelutung, kayu Ulin dari kawasan hutan khusus seperti di Kabupaten Pali dan Muara Enim. Kita tanam disini, sehingga terjaga dari kepunahan.
Bagi pelajar atau mahasiswa jurusan kehutanan seperti Unsri, Stiper Palembang dan Muhammadiyah Palembang, hutan Kemampo digunakan untuk lahan penelitian, edukasi tentang tanaman hutan. "Biasanya untuk bahan ujian, atau tugas akhir, mahasiswa biologi datang kesini juga, kita sangat terbuka," ujar Mualimin.
Bahkan bulan lalu, 5.000 batang pohon, dengan 4 jenis kayu, seperti kayu Laban, Talok, Pelawan dan Lamtoro, menjadi koleksi baru kawasan Kemampo. "Letaknya disebelah sana, ribuan bibit ditanam di tanah seluas 3 hektare, dan manfaatnya masih lama kita rasakan, ya sampai anak cucu kita nanti," katanya.
Terkait adanya pembukaan kebun di lahan hutan, bahwa lahan tetap digarap pemerintah, namun masyarakat juga mendapatkan hasil. "Itu tumpangsari, selain kita tanam Tembesu, disitu juta tanaman cabe begitu. pohon energi seperti kayu Laban juga sedang diberdayakan, untuk mengantikan batu bara kalau habis,” katanya.
Kalau lantas masyarakat membuka lahan baru jelas dilarang, peraturannya sudah ada UU No 41 tahun 1999 dan PP RI No 45 tahun 2004 mengenai perlidungan kekayaan hutan.
Sudah jauh-jauh hari, hutan Kemampo juga disiapkan menjadi wahana wisata alam. Pasalnya fasilitas penunjang seperti Bumi Perkemahan, arena out bond, waduk air dipadukan dengan kolam ikan sudah ada.
Nanti launchingnya tanggal 17 April 2016 di Hutan wisata edukasi, kita ajak masyarakat, harapannya tidak perlu jauh-jauh mencari tempat rekreasi, hiburan yang bermanfaat, kalau di Banyuasin juga ada, tempatnya bagus.
“Apalagi lokasinya dekat dengan pusat kota Pangkalan Balai, dan rencananya akan diresmikan langsung Bupati Banyuasin Yan Anton Ferdian SH," katanya.
Sementara itu Lurah Kayu Are Kuning Maryati, saat dikonfirmasi membenarkan sudah sejak Februari lalu bersama Dinas Kehutanan Sumsel, membahas rencana dijadikan hutan wisata.
"Iya bulan kemarin rapat dengan Dinas Kehutanan Sumsel, rekreasi alam, ada out bond, mancing, seperti hutan wisata Punti Kayu begitu. Kami mendukung kalau di Banyuasin,” kata Maryati. (mcbanyuasin-312wn/toeb)