:
Oleh MC Kabupaten Banyuasin, Senin, 11 April 2016 | 13:11 WIB - Redaktur: Kusnadi - 1K
Pangkalan Balai, InfoPublik – Kawasan perkebunan di sepajang jalan Tanjung Api-Api (TAA) sampai ke Desa Muara Sungsang, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin, ini merupakan salah satu pusat pertanian kelapa. Hampir 85 persen warga di sini berprofesi sebagai petani sekaligus pemilik lahan.
Hasil pertanian banyak dijadikan bahan baku makanan dan arang, bahkan serat sabut kelapa di wilayah ini sampai diekspor ke luar negeri untuk bahan baku pembuatan kaca Fiber Optic.
Seperti dikatakan Warnadi, 40, warga Desa Muara Sungsang, dan pemilik lahan perkebunan kelapa di pinggir jalan TAA, jika awalnya bertani padi. Namun akibat banyaknya gangguan hama dan hasilnya tidak memuaskan, akhirnya pindah ke bidang pertanian kelapa.
Menurutnya, banyak hasil dari perkebunan kelapanya yang dijadikan bahan baku untuk dikirim ke Palembang dan Luar Negeri.
"Lahan yang saya gunakan untuk pertanian kelapa seluas 5 hektare, awalnya bertani padi, namun repot dan banyak gangguan hama, jadi pindah ke kelapa, bahkan hasilnya bisa dikirim sampai keluar negeri," katanya.
Dirinya juga mengatakan, hasil dari berkebun kelapa ini lebih menguntungkan dari pada pertanian padi, dan dalam waktu enam bulan keuntungan bersih bisa mencapai Rp38 juta.
“Bukan hanya buahnya saja, namum batang dan daunnya juga bisa menghasilkan, jika daunnya bisa dijadikan atap dan sapu lidi,” ungkapnya.
Menurutnya, sabut kelapa dari buah yang telah dikupas dicari dan dibeli oleh pedagang dari luar negeri, untuk dijadikan bahan baku pembuatan Fiber Optic.
"Keuntungannya lebih dari pertanian padi bang, bahkan serat sabut kelapa ini dicari oleh eksportir untuk pembuatan bahan baku Fiber Optic," katanya.
Sama halnya yang dikatakan oleh Henki, 38 tahun. Petani kelapa ini mengatakan jika dirinya lebih memilih bertani kelapa, karena keuntungannya lebih dari pertanian padi. Dikatakan, jika 1 butir kelapa dijualnya dengan harga Rp500 sampai Rp1.000, dalam sekali panen yang menghasilkan lebih dari 10.000 butir kelapa dari 1 hektar lahan yang dimilikinya.
"Dalam hitungan tiga bulan panen, keuntungan bersih Rp15 juta rupiah, jika padi tidak sampai sebegini, malh bisa rugi," katanya.
Dirinya juga mengatakan, banyak pedagang dan pemborong dari Palembang dan luar kota datang ke Desa Muara Sungsang dan Desa Sukadamai untuk mencari hasil pertanian kelapa.
"Banyak yang mencari kemari, bahkan sisa sabut kelapa masih diambil untuk dikirim keluar negeri, saya pun sekarang ikut mengirim sabut kelapa itu ke pemborong," katanya.
Sementara, Kepala Desa (Kades) Desa Sukadamai Ahmad Lumiran mengatakan, sebagian lahan di pinggir jalan TAA dijadikan untuk pertanian kelapa oleh warga setempat, dan mereka umum sebelumnya bertadi padi, kemudian beralih bertani kelapa.
"Memang ada yang pindah dari padi ke kelapa, namun itu lebih membuat ragam segi pertanian di wilayah ini, apalagi sampai dicari untuk di kirim keluar," katanya.
Ia menambahkan, jika pembuatan bahan baku pembuatan Fiber Optic ini bisa dijadikan usana rumahan ataupun usaha sentral desa yang bisa menguntungkan.
“Namun juga kita musti melihat prospeknya di depan. Jika bisa dijadikan UKM ataupun usaha sentral desa akan baik, namun kita harus mempelajari dan melihat prospeknya," katanya. (McBanyuasin-312wn/Kus)