- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Minggu, 15 Desember 2024 | 18:21 WIB
: Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, menegaskan komitmen Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk menciptakan pendidikan yang bermutu dan dapat diakses oleh semua kalangan. Pentingnya sinergi antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat dalam membangun sistem pendidikan nasional yang inklusif (Foto : Dok Kemendikdasmen)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Senin, 16 Desember 2024 | 15:50 WIB - Redaktur: Untung S - 71
Bogor, InfoPublik — Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, menegaskan komitmen Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dalam menciptakan pendidikan yang bermutu dan dapat diakses oleh semua kalangan.
Dalam sambutannya pada kegiatan Lokakarya Pembangunan Ramah Keluarga dengan tema "Urgensi Kebijakan dan Implementasi Rekomendasi Pembangunan Ramah Keluarga (PRK) dalam Mewujudkan Keluarga dan Bangsa Berketahanan", Wamen Atip menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat dalam membangun sistem pendidikan yang inklusif dan berdaya saing.
"Kita harus kembali ke pondasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pendidikan yang bermutu untuk semua. Ini bukan hanya cita-cita, tetapi sebuah keharusan dalam upaya kita membangun bangsa yang berdaya saing," ujar Wamen Atip dalam acara yang berlangsung di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Senin (16/12/2024).
Wamen Atip juga menyoroti pentingnya perubahan paradigma pendidikan yang tidak hanya sekadar berfokus pada schooling (sekolah), tetapi juga pada learning (belajar). Menurutnya, sekolah memang merupakan salah satu sarana untuk belajar, tetapi bukan satu-satunya. Pendidikan seharusnya menjadi proses belajar sepanjang hayat yang melibatkan semua aspek kehidupan, dengan peran besar dari keluarga sebagai pendidik pertama bagi anak-anak.
"Keluarga adalah jangkar utama pendidikan. Kebiasaan baik yang ditanamkan di rumah akan membentuk karakter anak secara berkelanjutan," jelasnya.
Sebagai bagian dari upaya memperkuat karakter anak, Wamen Atip juga mengumumkan rencana deklarasi "Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat" yang akan diluncurkan pada 27 Desember mendatang. Tujuh kebiasaan tersebut meliputi: bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan istirahat yang cukup. Wamen Atip berharap, kebiasaan ini dapat membentuk anak-anak dengan karakter kuat sejak dini.
"Ini adalah langkah awal yang sangat penting untuk membangun karakter anak, dimulai dari keluarga sebagai institusi pendidikan pertama," tegasnya.
Selain itu, Wamen Atip juga mengkritik rendahnya skor Indonesia dalam PISA (Programme for International Student Assessment), yang menilai kemampuan siswa dalam bidang sains, matematika, dan membaca. Ia menggarisbawahi perlunya pendekatan pembelajaran yang lebih menyenangkan atau joyful learning, terutama dalam mata pelajaran sains dan matematika, yang sering dianggap menakutkan oleh siswa.
"Matematika sering kali dianggap menakutkan oleh siswa. Oleh karena itu, kita harus menghadirkan metode pembelajaran yang lebih menarik dan mudah dipahami. Ini bukan hanya tugas guru, tetapi juga peran keluarga untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung," tambahnya.
Wamen Atip juga menegaskan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan pemerintah, keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Pemerintah akan terus berupaya memperbaiki sistem pendidikan Indonesia, termasuk melalui revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional untuk menyatukan regulasi pendidikan dasar, menengah, dan tinggi dalam satu kerangka hukum yang terpadu.
"Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Mari kita bangun sinergi untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter kuat dan bermartabat sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan kita," tutupnya.