- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Senin, 16 Desember 2024 | 13:19 WIB
: Wamen PPPA Veronica Tan menghadiri acara Pengenalan Pendidikan Berkarakter Berbasis Gastronomi Indonesia dalam Program Makan Bergizi Sekolah. Foto : Kemen PPPA
Oleh Dian Thenniarti, Senin, 16 Desember 2024 | 10:43 WIB - Redaktur: Untung S - 101
Jakarta, InfoPublik - Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA), Veronica Tan mendukung komitmen pemerintah dalam memberikan makanan bergizi bagi anak Indonesia yang mempertimbangkan kearifan budaya di daerah setempat dan mendorong kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkannya.
Veronica Tan turut menyampaikan bahwa peran serta dari orang tua juga sangat diperlukan untuk mewujudkan pola makan bergizi bagi anak yang berkelanjutan.
"Program Makan Bergizi di sekolah dan pesantren merupakan komitmen pemerintah dalam menangani masalah gizi yang harus ditangani dengan sinergi seluruh pihak. Program ini penting untuk mewujudkan Asta Cita ke-4 ini terkait pemberian bantuan gizi untuk balita dan ibu hamil," ujarnya sebagaimana dikutip InfoPublik pada Senin (16/12/2024).
Hal itu sebagai upaya percepatan penurunan angka stunting dalam rangka perbaikan gizi nasional. Mengingat stunting ini tidak hanya menghambat pertumbuhan fisik, tapi juga berdampak pada perkembangan kognitif anak yang berpengaruh pada produktivitas jangka panjang.
"Kita bersama-sama harus memastikan tercapainya kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang baik Menuju Indonesia Emas 2045," imbuh Veronica Tan.
Lebih lanjut, dirinya menyampaikan, dalam menyediakan makanan bergizi perlu dibarengi dengan pemanfaatan budaya kuliner lokal. Namun di beberapa daerah masih ditemui kendala.
Diungkapkan Veronica Tan bahwa masih terdapat pola masyarakat yang tidak memanfaatkan hasil alam mereka untuk konsumsi dan malah memilih makanan instan. Hal ini sangat disayangkan karena gizi anak akan sulit terpenuhi, dan tidak dapat menciptakan pola ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Kemen PPPA mengajak seluruh pihak untuk saling berkolaborasi. Baik antar Kementerian/Lembaga (K/L), pemerintah daerah, hingga para guru di sekolah, serta orang tua kita.
"Kita besama harus menciptakan sistem yang bekerja secara holistik. Contohnya, guru dapat memberikan edukasi kepada orang tua untuk ikut menyediakan makanan yang bergizi kepada anaknya di rumah. Sehingga program makan bergizi ini tidak hanya berhenti di sekolah, tapi dapat berkelanjutan mengubah pola hidup sehat di masyarakat," katanya.
Selain anak, Veronica Tan juga mendorong kerja sama berbagai pihak untuk dapat memastikan bahwa perempuan, khususnya ibu hamil dan menyusui bisa mendapatkan gizi terbaik.
"Kadang ibu hamil sudah diberikan makanan sehat tapi yang makan suaminya. Oleh karenanya, peran laki-laki juga sangat penting untuk memastikan kebutuhan gizi anak dan ibu hamil terpenuhi," tuturnya.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arif Prasetyo menyampaikan bahwa angka stunting di Indonesia masih tinggi, dan 68 kabupaten/kota di Indonesia masih dalam masa rawan tahan pangan.
Oleh karenanya, upaya memberikan makan siang bergizi dan menciptakan ketahanan pangan di berbagai daerah perlu diupayakan bersama agar dapat menciptakan sistem yang berjalan dengan baik.
Direktur Sistem Pemenuhan Gizi, Badan Gizi Nasional, Nirjaini menjelaskan, kondisi di lapangan saat ini masih ditemukan food waste atau sisa makanan dari uji coba program makan bergizi.
Oleh karenanya, upaya edukasi bagi para murid agar dapat menghabiskan makanannya perlu dilakukan. Lebih lanjut, upaya pengelolaan limbah menjadi hal yang penting agar sisa makanan tidak terbuang percuma melainkan bisa bermanfaat secara ekonomi.
Ketua Dewan Pembina Indonesian Gastronomy Community (IGC), Nila Moeloek, menerangkan bahwa program makan bergizi berpotensi meningkatkan khazanah kuliner anak-anak Indonesia. Manfaat tersebut perlu dibarengi dengan edukasi dari guru agar para murid menghargai bahan baku makanan lokal dan mencintai makanan Indonesia.