- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Kamis, 12 Desember 2024 | 00:29 WIB
: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), menyelenggarakan diskusi kelompok terpumpun (DKT) bertajuk
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Kamis, 12 Desember 2024 | 00:17 WIB - Redaktur: Untung S - 101
Jakarta, InfoPublik —Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), menekankan pentingnya literasi sebagai fondasi peradaban bangsa. Hal itu ditegaskan lewat penyelenggaraan diskusi kelompok terpumpun (DKT) bertajuk "Komunitas Literasi dan Sastra Berkarya untuk Indonesia Emas Tahun 2024."
Acara itu berlangsung dari 9 hingga 12 Desember 2024 di Jakarta sebagai rangkaian dari Festival Literasi Nasional (FLN) yang bertujuan meningkatkan kecakapan literasi masyarakat Indonesia secara komprehensif. Dalam kegiatan itu, Badan Bahasa mengundang 44 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk pakar bahasa dan sastra, sastrawan, pegiat literasi, dan akademisi.
Dalam keterangan tertulis, Kamis (12/12/2024) Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz, menekankan pentingnya literasi sebagai fondasi peradaban bangsa. "Kecakapan literasi tidak hanya berbicara tentang kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga melibatkan pemahaman kritis terhadap teks dan konteks, yang pada akhirnya menjadi kunci kemajuan bangsa," ujarnya.
Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) 2020—2024 yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 13 Tahun 2022, setiap unit utama di Kemendikbudristek wajib melaksanakan program Gerakan Literasi Nasional (GLN) berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing unit utama.
Dalam renstra tersebut juga tercantum secara jelas bahwa amanah literasi menjadi bagian terbesar yang harus dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) guna meningkatkan kemampuan literasi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia. Tugas tersebut tentu tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan Bahasa. Badan Bahasa perlu bekerja sama, bersinergi, serta berkolaborasi dengan komunitas literasi dan komunitas sastra.
DKT kali ini mengangkat enam topik utama, yaitu sastra dalam persekolahan, penginternasionalan karya sastra, sastra anak, pelestarian sastra daerah, sastra digital, dan gerakan literasi semesta. Topik ini diharapkan dapat memunculkan rekomendasi kebijakan strategis yang mampu menjawab berbagai tantangan literasi di Indonesia, baik di ranah pendidikan, budaya, maupun teknologi.
Aminudin menyatakan literasi adalah prioritas utama yang harus dilaksanakan melalui kolaborasi lintas sektor. “Sinergi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat menjadi kunci utama. Tanpa itu, literasi hanya akan menjadi jargon tanpa implementasi nyata,” ungkapnya.
Diskusi ini juga menjadi momen untuk mempertemukan ide-ide inovatif dari berbagai kelompok. Kelompok diskusi melibatkan para ahli untuk merumuskan kebijakan tentang pengajaran sastra di sekolah, pelindungan sastra daerah, dan pengembangan sastra digital. Hasil diskusi akan disampaikan pada sesi penutupan untuk kemudian ditindaklanjuti dalam program pembudayaan literasi nasional.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menekankan peran karya sastra dalam membangun visi bangsa. Karya sastra adalah cermin imajinasi kolektif yang membangun identitas bangsa. “Jika kita ingin maju, kita harus berinvestasi pada budaya membaca dan literasi sastra,” ucapnya.
Sebagai bagian dari FLN 2024, DKT juga dirancang untuk memperkaya program-program literasi melalui berbagai inovasi. Dalam sesi khusus, peserta membahas strategi membangun peta jalan literasi semesta yang melibatkan semua elemen masyarakat, termasuk keluarga, sekolah, dan komunitas.
Badan Bahasa telah menyiapkan langkah konkret berupa penyediaan bahan bacaan bermutu, pelestarian manuskrip kuno, hingga penerbitan sastra digital. Selain itu, berbagai kolaborasi dengan lembaga internasional direncanakan untuk memperluas akses sastra Indonesia ke kancah global.
Aminudin optimis hasil diskusi dapat diimplementasikan. "Kita percaya bahwa hasil dari DKT ini dapat menjadi langkah awal menuju Indonesia yang lebih literat dan kompetitif di tingkat global," pungkasnya.