BRIN Paparkan Astronomi dalam Manuskrip Sunda

: Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Manuskrip, Literatur dan Tradisi Lisan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Agus Heryana/ foto: BRIN


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Kamis, 26 September 2024 | 21:20 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 117


Jakarta, InfoPublik – Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Manuskrip, Literatur dan Tradisi Lisan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Agus Heryana memaparkan manuskrip Sunda yang menginformasikan keberadaan benda-benda langit (astronomi) dalam bentuk aplikatif dan (ajaran) spiritual. Matahari, bulan, bintang, awan, langit seringkali menjadi penunjuk arah, baik tempat maupun waktu.

Selain itu, ia juga menjelaskan adanya penanggalan (sistem kalender) dan arah mata angin juga sering diungkap pada naskah-naskah Sunda, khususnya naskah Paririmbon, untuk menentukan sebuah pekerjaan atau peruntungan.

“Namun tidaklah dalam pandangan spiritual; keberadaan benda-benda langit (astronomi) digunakan untuk mengekspresikan perjalanan ruh atau atman manusia dalam mencapai kebahagiaan tertinggi dengan Tuhan-nya. Hubungan manusia dengan Tuhan dijalin melalui ciptaanNya, yakni alam semesta,” ujar Agus dalam keterangan siaran pers BRIN yang diterima pada Kamis (26/9/2024).

Agus juga menjelaskan, berdasarkan isinya, manuskrip Sunda bisa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu:   agama, bahasa, hukum/aturan, kemasyarakatan, mitologi, pendidikan, pengetahuan, primbon, sastra, sastra sejarah, sejarah, dan seni.

Berkaitan dengan tema astronomi dalam manuskrip, sejauh penelitian yang ada belum diperoleh manuskrip yang membahas secara penuh dan khusus mengenainya. Bahasannya cenderung tersebar dalam bentuk ungkapan-ungkapan metafora atau majas, perbandingan untuk menjelaskan tentang sesuatu hal.

Dalam manuskrip Sunda, telah dilakukan penelusuran hal-hal baru terkait pengetahuan astronomi. Manuskrip tersebut ditulis pra-Islam sekitar abad 14-15 yang dilanjutkan dengan masa-Islam. Ada tiga manuskrip pra-Islam yang terpilih, yaitu: Siksakanda Karesian, Sewaka Darma, dan Bujanggamanik. Sedangkan naskah masa-Islam adalah Wawacan Pandita Sawang, Paririmbon, dan Gandasari. Dua naskah merupakan kelompok agama yakni satu naskah tasawuf, dan satu adalah pengetahuan lokal masyarakat Sunda (Paririmbon).

Masyarakat Sunda juga mencatat nama-nama benda langit yaitu sebagai berikut: (1) panonpoe[1], srangenge, matapoe, surya (matahari), (2) bulan[2], (3) béntang[3] /bintang[4], (4) langit[1], (5) katumbiri[2] (Pelangi), (6) mega[3] (awan), (7) akasa, awang-awang[4] (angkasa),  (8) awun-awun[5] (awan paling atas), (9) alak paul[6] (langit tertinggi), (10) teja, tejamentrang[7] (sinar), (11) kilat,[8](12) guludug[9] ( ?), (13) gelap[10] (Guntur,petir, geledek), (14) kingkilaban[11]

Keempat belas benda langit tersebut secara jelas terlihat dengan mata telanjang. Namun karena posisinya berada di atas, maka untuk melihatnya diperlukan gerakan kepala ke atas dengan cara mendongakan kepala. Posisi benda-benda langit yang berada di atas dalam manuskrip digunakan untuk menempatkan makhluk-makhluk yang dianggap suci. Langit merupakan representasi ketinggian dan kesucian yang tak terjangkau.

“Sumbangan terpenting dunia astronomi dalam kehidupan manusia secara umum adalah adanya sistem penanggalan atau kalender. Sampai sekarang di lingkungan masyarakat dikenal empat macam tahun, yaitu tahun Saka, tahun Hijrah (Arab), tahun Jawa dan tahun Masehi. Perhitungan tahun Saka dan Masehi didasarkan pada peredaran bumi mengelilingi matahari yang biasa disebut tahun Surya (Syamsiah). Sedangkan tahun Hijriah dan tahun Jawa berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi yang biasa disebut tahun rembulan (Qomariah),” pungkas Agus.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 25 September 2024 | 16:37 WIB
Kolaborasi Riset BRIN dan James Cook University Ungkap Penyebab Paus Terdampar di NTT
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Senin, 23 September 2024 | 14:54 WIB
BRIN dan IAEA Bahas Pengembangan Infrastruktur Energi Nuklir di Indonesia
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 23 September 2024 | 10:15 WIB
Indonesia - IAEA Dorong Penguatan Infrastruktur Program Energi Nuklir
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 18 September 2024 | 13:31 WIB
BRIN- MAB-UNESCO Tingkatkan Konservasi Cagar Biosfer melalui Periodic Review
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 11 September 2024 | 21:08 WIB
BRIN Rekomendasikan Teknologi AI untuk Atasi Kebocoran Sampah Plastik ke Laut
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Selasa, 10 September 2024 | 18:18 WIB
BRIN Dorong Inovasi Penanganan Sampah Plastik di Laut untuk Jaga Ekosistem Laut Indonesia
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Selasa, 10 September 2024 | 18:13 WIB
BRIN Ciptakan Purwarupa Sistem Jaringan Detektor Bawah Air
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Selasa, 10 September 2024 | 15:54 WIB
Mengenal Karst Sagea, Destinasi Riset Keanekaragaman Hayati di Halmahera Tengah