SatuDNA BGSi: Personalisasi Obat Berdasarkan DNA untuk Perawatan Tepat Sasaran

: Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Selasa, 24 September 2024 | 18:07 WIB - Redaktur: Untung S - 81


Jakarta, InfoPublik – Program Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui SatuDNA menawarkan solusi mutakhir dalam dunia kesehatan. Salah satu pemanfaatan utama data genomik dalam program ini adalah kemampuan untuk menentukan obat yang paling cocok untuk individu berdasarkan analisis genetika. Dengan ini, dokter dapat memberikan resep yang lebih tepat, sekaligus meminimalkan risiko efek samping obat.

Informasi mengenai kecocokan obat diperoleh dari hasil analisis farmakogenomik, yaitu metode yang menggunakan data genomik untuk mempersonalisasi penggunaan obat, guna mengoptimalkan efektivitas pengobatan dan menghindari reaksi yang merugikan.

Farmakogenomik mempelajari bagaimana DNA seseorang memengaruhi respons tubuh terhadap obat-obatan. Hasil dari analisis ini tidak hanya membantu dokter dalam memilih obat yang aman dan efektif, tetapi juga berpotensi mengidentifikasi target obat baru yang lebih sesuai dengan kondisi genetik individu.

“Partisipan program BGSi yang ikut serta dalam pengambilan sampel darah melalui SatuDNA akan mendapatkan hasil analisis farmakogenomik tanpa biaya,” jelas Project Management Officer BGSi, Irene Lorinda Indalao, dalam keterangan tertulisnya pada Selasa (24/9/2024). Hasil ini akan memberikan informasi yang berharga terkait kecocokan obat dengan kondisi genetik partisipan, sehingga efek samping dapat diminimalkan.

Program BGSi melalui SatuDNA terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia, baik yang memiliki kondisi medis tertentu maupun yang sehat. Pendaftaran dilakukan melalui aplikasi SATUSEHAT Mobile dengan akun yang telah terverifikasi. Program ini bersifat sukarela dan gratis bagi partisipan yang memenuhi kriteria inklusi.

“Semua partisipan akan menerima penjelasan mengenai program, manfaat yang diterima, serta jaminan keamanan data yang digunakan dalam program ini,” tambah Irene.

Bagi yang ingin berpartisipasi, langkah pertama adalah menandatangani surat persetujuan (informed consent). Setelah itu, calon partisipan diminta mengisi informasi pribadi, menjawab pertanyaan terkait kondisi kesehatan, dan mengunggah dokumen pendukung. Data ini akan diverifikasi untuk memastikan kelayakan partisipasi.

Setelah verifikasi, partisipan dapat menjadwalkan waktu dan lokasi pengambilan sampel darah di rumah sakit jejaring Hub BGSi. Selanjutnya, sampel darah tersebut akan dianalisis secara genetik untuk mendapatkan laporan farmakogenomik. Semua hasil analisis akan tersedia secara digital melalui aplikasi SATUSEHAT Mobile.

Irene menekankan pentingnya keakuratan data yang diisi oleh partisipan. "Partisipan harus menjawab pertanyaan skrining dengan jujur dan mengunggah dokumen medis pendukung agar dapat lolos verifikasi," jelasnya. Dengan demikian, proses rekrutmen dapat berjalan dengan tepat dan hasil analisis dapat digunakan secara efektif oleh petugas kesehatan.

Hasil dari laporan farmakogenomik yang diperoleh partisipan nantinya dapat digunakan oleh dokter sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan perawatan. Pengobatan yang dipersonalisasi berdasarkan DNA ini akan membantu meningkatkan efisiensi terapi dan meminimalkan risiko komplikasi akibat obat yang tidak cocok.

“Farmakogenomik adalah salah satu komponen penting dalam pengobatan presisi, dan melalui program BGSi, partisipan akan mendapatkan laporan yang dapat digunakan dokter untuk meresepkan obat yang paling cocok berdasarkan genetika mereka,” ujar Irene.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Selasa, 24 September 2024 | 18:08 WIB
Indonesia Kuasai Pasar Ekspor Gambir Dunia
  • Oleh Putri
  • Sabtu, 21 September 2024 | 17:08 WIB
Kabupaten Mimika Lakukan Percepatan Eliminasi Malaria