- Oleh Wandi
- Minggu, 24 November 2024 | 06:00 WIB
: program literasi Sokola Institute mendapatkan apresiasi tinggi dari juri United Nations Education, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atas metode pengajaran literasi dasar yang unik, yang menggabungkan bahasa ibu komunitas adat setempat dengan pendekatan etnografis, serta memfasilitasi pembelajaran bahasa nasional (Foto: Dok Kemendikbudristek)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Selasa, 10 September 2024 | 18:15 WIB - Redaktur: Untung S - 254
Jakarta, InfoPublik – Sokola Institute, melalui programnya "Pendidikan Literasi untuk Masyarakat Adat Indonesia," terpilih sebagai salah satu pemenang UNESCO Confucius Prize for Literacy 2024. Penghargaan bergengsi ini mengakui upaya luar biasa Sokola Institute dalam meningkatkan literasi di kalangan masyarakat adat melalui pendekatan inovatif dan integratif. Pengumuman kemenangan ini dilakukan pada peringatan International Literacy Day di Yaoundé, Republik Kamerun, pada Senin (9/9/2024).
Tahun ini, program literasi Sokola Institute mendapatkan apresiasi tinggi dari juri United Nations Education, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atas metode pengajaran literasi dasar yang unik. Program ini menggabungkan bahasa ibu komunitas adat setempat dengan pendekatan etnografis serta memfasilitasi pembelajaran bahasa nasional. Penghargaan ini sejalan dengan tema International Literacy Day 2024, “Mempromosikan pendidikan multibahasa: literasi untuk membangun kesepahaman bersama dan perdamaian”.
Dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik pada Selasa (10/9/2024), Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, menyampaikan kebanggaannya atas penghargaan yang diraih oleh Sokola Institute. “Penghargaan dari UNESCO ini merupakan bukti komitmen pemerintah bersama masyarakat Indonesia dalam menguatkan literasi. Ini juga membuktikan bahwa kekayaan bahasa daerah yang dimiliki Indonesia adalah kekuatan dalam menciptakan perdamaian dan membangun peradaban yang lebih baik,” ujar Nadiem.
Butet Manurung, Direktur dan pendiri Sokola Institute, menjelaskan bahwa penghargaan ini menunjukkan peran penting budaya dalam proses pembelajaran literasi. “Melibatkan bahasa dan fonetik lokal dalam literasi sangat penting, tetapi memasukkan budaya masyarakat adat ke dalam pembelajaran jauh lebih krusial. Pendekatan Sokola bertujuan membantu menciptakan versi terbaik dari praktik pendidikan mereka serta meningkatkan determinasi komunitas,” jelas Butet.
Ismunandar, Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, menekankan bahwa multibahasa semakin menjadi fenomena global, dengan sekitar 7.000 bahasa tersebar tidak merata di sekitar 200 negara, terutama di Afrika Sub-Sahara dan Asia Pasifik. “Pendidikan dalam bahasa ibu terbukti meningkatkan partisipasi sekolah, keterampilan berpikir, serta memperpanjang masa pendidikan anak perempuan,” ujar Ismunandar.
Menurut pemetaan bahasa yang dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sejak 1991 hingga 2019, terdapat 718 bahasa di 2.560 daerah pengamatan. Keberagaman bahasa ini menekankan pentingnya pendekatan multibahasa dalam pendidikan, tidak hanya untuk meningkatkan literasi, tetapi juga untuk memperkuat dialog antarbudaya dan kohesi sosial.
Dengan pendekatan multibahasa, pendidikan di Indonesia dapat menjadi kunci bagi perkembangan berkelanjutan di negara yang kaya akan keanekaragaman bahasa ini.