- Oleh MC KAB BENER MERIAH
- Senin, 4 November 2024 | 16:31 WIB
: Paus Fransiskus (Foto: Dok Antara Foto)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Kamis, 5 September 2024 | 20:18 WIB - Redaktur: Untung S - 118
Jakarta, InfoPublik — Paus Fransiskus, pimpinan Gereja Katolik, melakukan dialog dengan sekitar 200 pelajar di Jakarta pada Rabu (4/9/2024), sebagai bagian dari kunjungannya ke Indonesia. Pertemuan tersebut menjadi momen bersejarah di mana para pelajar dari berbagai latar belakang agama, suku, gender, dan sosial ekonomi berkumpul untuk berdiskusi tentang pentingnya keberagaman dan persatuan.
Para pelajar yang berpartisipasi adalah peserta program Tunas Bineka (Temu Unjuk Kolaborasi Siswa Bineka), sebuah inisiatif kolaboratif antara Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan Scholas Occurrentes, organisasi sosial yang didirikan oleh Paus Fransiskus. Program ini bertujuan untuk melatih generasi muda mencintai keberagaman dan bekerja sama dalam menemukan solusi atas tantangan yang dihadapi kaum muda saat ini.
Brian Davis, pelajar dari SMA Negeri 27 Jakarta, mengungkapkan bahwa Indonesia yang dikenal dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika masih menghadapi masalah diskriminasi dan perundungan. "Program Tunas Bineka dan Scholas mengajarkan kami untuk menghargai perbedaan dan bekerja sama memecahkan masalah tersebut," ujarnya.
Sementara itu, Christina Octaviany Matondang, pelajar dari SMA Negeri 113 Jakarta, menegaskan pentingnya persatuan antar umat beragama. "Perbedaan dapat menimbulkan konflik, oleh karena itu, persatuan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Kamis (5/9/2024).
Dalam kesempatan tersebut, para pelajar juga mempersembahkan karya seni bernama Polihedra, sebuah simbol Persatuan dalam Keberagaman yang diprakarsai oleh Scholas Occurrentes. Karya seni ini terdiri dari berbagai potongan karya kreatif para pelajar, seperti lukisan, kain perca, dan karya lainnya yang menggambarkan keberagaman budaya dan nilai. Karya ini diletakkan di Graha Pemuda, Komplek Gereja Katedral Jakarta.
Menurut Ni Made Indhyra Dewi, pelajar dari SMK Negeri 58 Jakarta, karya seni Polihedra melibatkan sekitar 1.500 orang dari beragam latar belakang. "Kami semua berbeda, tetapi bersama-sama menghasilkan satu karya seni yang sama," ungkapnya.
Kepala Pusat Puspeka Kemendikbudristek, Rusprita Putri Utami, menyampaikan bahwa dialog dengan Paus Fransiskus merupakan kesempatan berharga bagi para pelajar. "Anak-anak belajar untuk memahami berbagai permasalahan yang ada serta pentingnya sikap toleransi dalam kehidupan bermasyarakat," jelas Rusprita.
Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini bukan hanya menjadi pengalaman seumur hidup bagi para peserta, tetapi juga menjadi bagian dari upaya untuk memperkuat karakter pelajar agar dapat menjadi agen perubahan yang aktif di tengah masyarakat.
Program Tunas Bineka dan Scholas Occurrentes telah membuktikan bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang dapat mendorong kolaborasi untuk menciptakan solusi inovatif bagi tantangan sosial yang dihadapi generasi muda. Dengan semangat keberagaman yang ditanamkan melalui program ini, diharapkan para pelajar dapat terus menumbuhkan rasa saling menghormati dan bekerja sama untuk membangun masa depan yang lebih inklusif.