Pemerintah Terapkan Protokol Kesehatan bagi Wisatawan untuk Cegah Cacar Monyet

: Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, dalam acara The Weekly Brief With Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, pada Senin (2/9/2024). Foto: Biro Komunikasi Kemenparekraf


Oleh Untung Sutomo, Selasa, 3 September 2024 | 12:13 WIB - Redaktur: Untung S - 212


Jakarta, InfoPublik – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mengumumkan bahwa Pemerintah RI memberlakukan protokol kesehatan yang ketat, termasuk pengecekan suhu dan pengisian health pass bagi wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nasional (wisnas) yang memasuki Indonesia, guna mencegah penyebaran wabah cacar monyet (Mpox).

Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, dalam acara "The Weekly Brief With Sandi Uno" di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, pada Senin (2/9/2024), menyatakan bahwa berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, terdapat 88 kasus cacar monyet yang tercatat selama 2022 hingga 2024, dengan 74 kasus hingga tahun 2023 dan 14 kasus pada tahun 2024.

Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kemenkes, dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, MKM, menambahkan bahwa pada tahun 2024, wabah Mpox mengalami peningkatan di beberapa negara di Afrika, seperti Kongo, Burundi, Rwanda, dan Uganda. Oleh karena itu, WHO telah menetapkan wabah Mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

“Kementerian Kesehatan merespons dengan memperkuat pemeriksaan di pintu masuk negara, termasuk di bandara. Bandara Internasional seperti Soetta dan Ngurah Rai kembali memasang alat deteksi suhu badan atau termoscanner,” ungkap Nia.

Selain itu, dr. Achmad menjelaskan bahwa pemerintah juga mewajibkan pengisian Satusehat Health Pass (SSHP) bagi wisman dan wisnas yang baru tiba di Indonesia. “Sistem deklarasi kesehatan ini berbasis website yang dapat diakses di https://sshp.kemkes.go.id/,” jelas Achmad.

Formulir ini tersedia dalam lima bahasa: Indonesia, Inggris, Prancis, Mandarin, dan Hokian. Setelah pengisian, kondisi kesehatan pendatang akan diklasifikasikan berdasarkan warna, seperti merah, oranye, kuning, atau hijau. “Jika berwarna merah, artinya bergejala dan sudah teridentifikasi. Ketika mereka tiba di bandara, dokter karantina kesehatan akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut di tempat yang telah disediakan,” ujarnya.

Achmad juga mengungkapkan bahwa Kemenkes telah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan melalui Bea Cukai, Kemenkumham, serta semua otoritas bandara dan maskapai internasional. “Semua pihak telah mendapatkan sosialisasi mengenai penerapan SSHP di Indonesia,” katanya.

Co-founder IINTOA (Indonesia Inbound Tour Operator Association), Paul Edmundus Tallo, menyatakan bahwa hingga saat ini, wabah Mpox belum berdampak pada kedatangan wisman. “Sampai saat ini, kami belum menerima laporan tentang pembatalan kedatangan wisman ke Indonesia,” ucap Paul.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Sabtu, 26 Oktober 2024 | 13:12 WIB
Pentingnya Deteksi Dini Stroke pada Usia Muda dan Produktif