Kemenkes Tingkatkan Surveilans dan Pencegahan Mpox di Seluruh Indonesia

: Foto: Ilustrasi Virus/Istimewa/Kemenkes


Oleh Putri, Selasa, 20 Agustus 2024 | 22:35 WIB - Redaktur: Untung S - 293


Jakarta, InfoPublik – Sebagai bagian dari upaya pencegahan penyebaran Monkeypox (Mpox) di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meningkatkan surveilans di seluruh fasilitas kesehatan. Langkah itu juga didukung dengan penyelidikan epidemiologi yang melibatkan komunitas serta mitra HIV/AIDS, penetapan 12 laboratorium rujukan nasional untuk pemeriksaan Mpox, dan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS).

Untuk pengobatan, Kemenkes telah menyiapkan terapi simtomatis yang diberikan sesuai dengan derajat keparahan kasus. Pasien dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan dari puskesmas setempat. Sementara itu, pasien dengan gejala berat harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.

Pelaksana Harian (Plh) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Yudhi Pramono, menjelaskan bahwa masyarakat perlu waspada terhadap cara penularan Mpox. Virus ini dapat menular melalui kontak langsung dengan ruam bernanah pada kulit, termasuk saat berhubungan seksual.

"Orang yang berhubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti berisiko tinggi tertular Mpox. Kelompok risiko utama adalah laki-laki yang melakukan seks dengan sesama jenis," ungkap Yudhi dalam keterangan resmi yang dikutip InfoPublik pada Selasa (20/8/2024).

Yudhi juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker medis jika merasa tidak sehat. Selain itu, jika muncul gejala seperti ruam bernanah atau keropeng pada kulit, sangat dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke puskesmas, klinik, atau rumah sakit terdekat.

Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, SpKK(K), dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), menambahkan bahwa varian Mpox Clade I, baik 1a maupun 1b, belum terdeteksi di Indonesia. Sejak 2022 hingga saat ini, varian yang ditemukan di Indonesia adalah Clade II.

"Clade I memang memiliki tingkat fatalitas yang relatif lebih tinggi dibandingkan Clade II, dan biasanya ditularkan melalui kontak erat, tidak selalu melalui kontak seksual," jelas dr. Prasetyadi.

Karena Mpox terutama menyerang kulit, dr. Prasetyadi mengimbau agar siapa pun yang dicurigai terinfeksi Mpox dan mengalami gejala untuk tidak melakukan manipulasi pada lesi di kulit. Hal ini termasuk memencet, menggaruk, atau memanipulasi lesi yang ada.

"Lesi tersebut, baik yang masih basah maupun yang sudah mengering, berpotensi menularkan virus. Pasien juga tidak boleh berbagi barang-barang pribadi seperti handuk dan pakaian. Jika terdapat benjolan atau bintil yang mengalami luka atau erosif, sebaiknya segera diberi obat," pungkas dr. Prasetyadi.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Kamis, 12 September 2024 | 22:09 WIB
Produksi Vaksin Dalam Negeri Perkuat Ketahanan Kesehatan Nasional