Pemerintah Dorong Koperasi Garap Sektor Riil

: Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi/Foto: Kemenkop UKM


Oleh Putri, Selasa, 30 Juli 2024 | 23:45 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 224


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupaya agar lebih banyak koperasi di Indonesia menggarap sektor riil dan produktif disamping usaha simpan pinjam yang selama ini dominan menjadi bisnis utama bagi banyak koperasi di tanah air.

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi dalam acara Seminar bertema Transformasi Koperasi Untuk Konsolidasi, Akselerasi, dan Ekskalasi Usaha Mikro Kecil.

"Sekarang ini harus mulai berubah untuk menguatkan ekosistem sektor riil. Kami di Kementerian Koperasi dan UKM telah melakukan exercise di sektor riil ini dan hasilnya bagus," kata Zabadi melalui keterangan resmi yang dikutip InfoPublik Selasa (30/7/2024).

Lanjutnya, jumlah koperasi di Indonesia berdasarkan data Online Data System (ODS) 2022 mencapai 130.354 unit. Untuk jumlah anggota sebanyak 29,45 juta orang dengan total volume usaha mencapai Rp197,8 triliun dan aset Rp281 triliun. 

Berdasarkan jenisnya, koperasi konsumen mendominasi sebanyak 54,70 persen dan koperasi produsen sebanyak 20,68 persen. Sementara jumlah koperasi simpan pinjam (KSP) 14,34 persen. Adapun sisanya merupakan koperasi jasa dan pemasaran.

Zabadi mengatakan besarnya jumlah dan volume usaha dari koperasi ini masih berpotensi untuk ditingkatkan dan dikembangkan melalui transformasi model bisnis koperasi. Salah satu caranya dengan mendorong koperasi untuk membangun ekosistem usaha di sektor riil.

Ia mencontohkan beberapa transformasi usaha koperasi di sektor riil seperti yang dilakukan oleh Koperasi Pesantren (Kopontren) Al-Ittifaq di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat, yang sukses mengelola usaha pertanian.

Hasil panen dari petani diserap dengan harga yang layak oleh koperasi dan kemudian dipasarkan ke supermarket atau hotel.

Kopontren ini juga secara aktif mengatur sistem tanam yang dilakukan oleh para petani dengan mengikuti permintaan pasar. Dengan begitu tidak ada hasil panen yang terbuang sia-sia, sementara dari sisi harga jual produk pertanian juga tetap kompetitif.

"Koperasi pertanian komoditas holtikultura ini dikelola dengan berbasis inovasi dan teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas dari para petani," kata Zabadi.

Contoh lain yang menjadi salah satu program transformasi unggulan koperasi adalah hilirisasi produk sawit. Selama ini petani sawit hanya mendapatkan nilai tambah dalam bentuk tandan buah segar.

Namun, kata Zabadi pihaknya mendorong koperasi untuk mulai mengolahnya menjadi minyak makan merah dimana pabrik pertama telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Deli Serdang Maret 2024. 

"Saat ini kita telah berhasil mengembangkan produk minyak makan merah yang diproduksi oleh pabrik-pabrik milik koperasi," kata Zabadi.

Beberapa contoh sukses transformasi koperasi tersebut menjadi bukti bahwa koperasi mampu berkembang. Sayangnya fakta yang terjadi saat ini, jumlah koperasi disektor riil masih sangat terbatas, padahal untuk meningkatkan kontribusi terhadap perekonomian nasional porsinya perlu diperluas.

"Kalau kita mengacu kondisi global, maka arah transformasi koperasi mendatang adalah ke sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perkebunan, perikanan atau yang secara umum disebut sebagai agromaritim," kata Zabadi.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Sabtu, 21 September 2024 | 17:08 WIB
Kabupaten Mimika Lakukan Percepatan Eliminasi Malaria
  • Oleh Putri
  • Sabtu, 21 September 2024 | 17:05 WIB
Kolaborasi Kemenkes-BRIN Gelar Simulasi Kegawatdaruratan Medis
  • Oleh Putri
  • Jumat, 20 September 2024 | 06:00 WIB
Cegah Bunuh Diri, Kemenkes Ajak Remaja Bicara soal Kesehatan Mental
  • Oleh Putri
  • Kamis, 19 September 2024 | 21:47 WIB
Pentingnya Meningkatkan Ketepatan Diagnosis demi Keselamatan Pasien
  • Oleh Putri
  • Kamis, 19 September 2024 | 21:46 WIB
Kemenkes Imbau Masyarakat Bijak Konsumsi Antibiotik