Angka Hepatitis B dan C di Indonesia Turun

: Ilustrasi/Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Senin, 29 Juli 2024 | 19:50 WIB - Redaktur: Untung S - 215


Jakarta, InfoPublik - Prevalensi hepatitis B di Indonesia menurun dalam 10 tahun terakhir. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi hepatitis B turun dari 7,1 persen pada 2013 menjadi 2,4 persen pada 2023.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi mengatakan hepatitis C juga mengalami penurunan. Menurut data WHO Global Health Observatory 2022 for HCV, prevalensi hepatitis C turun dari satu persen pada 2013 menjadi 0,5 persen pada 2022.

“Dengan dukungan semua pihak, Indonesia telah berhasil menurunkan secara bermakna dalam 10 tahun terakhir. Penurunan ini ditopang oleh beberapa upaya strategis pemerintah,” kata Imran melalui keterangan resminya Senin (29/7/2024).

Upaya pertama, pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke anak melalui pemberian vaksin hepatitis B dan antivirus tenofovir. Pada 2023, lebih dari 2,3 juta dari target 4,4 juta bayi baru lahir telah menerima imunisasi hepatitis B setelah 24 jam kelahiran.

Kemudian, bagi ibu hamil yang ditemukan positif akan diberikan antivirus tenofovir untuk mencegah transmisi virus Hepatitis B dari ibu ke anak. Pemberian antivirus tenofovir telah diinisiasi sejak 2022 dan secara bertahap dilakukan di seluruh Indonesia.

Tahap awal pada 2023, pemberian antivirus tenofovir dilakukan pada 22 layanan di 10 kabupaten/kota di enam provinsi. Tahap II pada 2023, layanan bertambah menjadi 158 layanan di 26 kabupaten/kota dan 17 provinsi.

Kemudian pada 2024, sedang dipersiapkan penambahan layanan di 1.230 layanan terdiri dari 1.020 puskesmas dan 210 RS yang tersebar di 188 kabupaten/kota dan 34 provinsi. Selanjutnya akan dikembangkan lagi untuk bisa ke 1.410 layanan baik di puskesmas maupun RS.

Upaya kedua adalah memperkuat surveilans dan penemuan kasus pada populasi berisiko tinggi seperti ibu hamil, tenaga medis (named), dan tenaga kesehatan (nakes). Pada 2023, sebanyak 3.358.549 ibu hamil diskrining hepatitis B, dan sebanyak 50.789 ibu hamil diantaranya terdeteksi HBsAg reaktif.

“Untuk tenaga kesehatan, sebanyak 364.002 nakes dan named diskrining HBsAg. Hasilnya, 359.677 HBsAg non-reaktif dan 267.574 belum memiliki antibodi sehingga layak divaksinasi,” kata Imran.

Untuk penyakit hepatitis C, pada 2017 hingga Juni 2024, sebanyak 967.330 individu berisiko tinggi telah menjalani skrining hepatitis C. Berdasarkan hasil skrining, 42.292 orang dinyatakan positif untuk antibodi Hepatitis C (anti-HCV).

Lalu, hanya 67,4 persen atau 28.504 yang melanjutkan ke tahap pemeriksaan selanjutnya, yaitu pemeriksaan viral load (VL) untuk RNA HCV. Dari 28.504 orang yang menjalani pemeriksaan VL HCV RNA, sebanyak 16.327 orang memerlukan pengobatan karena memiliki infeksi hepatitis C aktif.

Upaya ketiga adalah pengobatan. Menurut Imran, pemerintah telah menyediakan obat Direct Acting Antiviral (DAA) untuk pengobatan hepatitis C. Pengobatan ini diyakini memiliki tingkat keberhasilan mencapai 90 persen.

“Untuk pengobatan DAA ini, kami sudah menyediakan di 33 provinsi dan pada tahun 2024 ini ditargetkan semua provinsi itu sudah punya rumah sakit yang bisa memberikan layanan pengobatan Hepatitis C dengan DAA,” kata Imran.

Sejak 2017 hingga Juni 2024, tercatat lebih dari 11.689 pasien telah memulai terapi pengobatan hepatitis C. Namun, hanya 8.364 orang yang menyelesaikan pengobatan, dan 3.139 di antaranya dinyatakan sembuh.

Upaya penanggulangan hepatitis, lanjutnya harus terus ditingkatkan. Mengingat pada 2030, Indonesia bersama negara lain di dunia telah berkomitmen mencapai eliminasi hepatitis C pada 2030.

Imran berharap pada peringatan Hari Hepatitis Sedunia 2024 yang mengangkat tema “Bersama Lawan Hepatitis, Sekarang” dapat menjadi momentum untuk bertindak bersama dan mengambil langkah nyata untuk memberantas Hepatitis di Indonesia.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Sabtu, 21 September 2024 | 17:08 WIB
Kabupaten Mimika Lakukan Percepatan Eliminasi Malaria
  • Oleh Putri
  • Sabtu, 21 September 2024 | 17:05 WIB
Kolaborasi Kemenkes-BRIN Gelar Simulasi Kegawatdaruratan Medis
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Jumat, 20 September 2024 | 17:11 WIB
Satu Dekade JKN: KPK Tegaskan Pentingnya Tata Kelola Akuntabel untuk Cegah Fraud
  • Oleh Putri
  • Jumat, 20 September 2024 | 06:00 WIB
Cegah Bunuh Diri, Kemenkes Ajak Remaja Bicara soal Kesehatan Mental
  • Oleh Putri
  • Kamis, 19 September 2024 | 21:47 WIB
Pentingnya Meningkatkan Ketepatan Diagnosis demi Keselamatan Pasien