- Oleh Wahyu Sudoyo
- Jumat, 18 Oktober 2024 | 05:48 WIB
: Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar dalam Ritual Bakar Baru di Wamena, Papua Pegunungan (Wening/Humas Kemendes PDTT)
Oleh Wahyu Sudoyo, Kamis, 18 Juli 2024 | 22:30 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 299
Jakarta, InfoPublik – Ritual Bakar Batu di masyarakat Papua yang dikenal sebagai simbol perdamaian harus dipertahankan karena kegiatan tersebut adalah kearifan lokal yang menyelesaikan konflik yang terjadi.
"Ritual Bakar Batu ini merupakan simbol perdamaian yang sangat membanggakan bagi saya. Saya merasa bangga sebagai bagian dari warga Papua," ujar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar, dalam keterangannya terkait acara Ritual Bakar Batu di Distrik Walesi, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, seperti dilansir pada Kamis (18/7/2024).
Abdul Halim sempat merekam video vlog yang menunjukkan partisipasinya dan menyapa sahabat desa secara luas dalam ritual Bakar Baru, terutama saat berada bersama puluhan warga lokal setempat.
"Sahabat desa, saya sedang menyaksikan proses yang sangat menarik dan terkenal di Papua, yaitu Bakar Batu," tuturnya.
"Di sini ada bakar daging sapi, ayam, dan singkong. Salam dari Wamena," imbuh Mantan Ketua DPRD Jawa Timur itu.
Menurut Abdul Halim, tradisi ini sangat menarik dan harus terus dilestarikan agar warisan nenek moyang kita tidak hilang seiring waktu.
Dalam proses Bakar Batu ini, masyarakat terlibat dengan tugas masing-masing, seperti membawa sayur-sayuran, rumput, batu, serta menyiapkan lubang.
Setelah semua persiapan selesai, termasuk pemotongan daging, warga beramai-ramai melakukan pembakaran secara serentak.
Setelah prosesi ini, Mendes PDTT melanjutkan kunjungannya untuk meninjau unit-unit Madrasah dan Sekolah yang tidak jauh dari lokasi pembakaran batu tersebut.
Dia mengapresiasi Masjid dan Gereja yang berdiri berdampingan dan memuji kerukunan dan keberagaman budaya serta agama warga setempat dengan menyebut Walesi sebagai miniatur Indonesia.