Masyarakat Dingatkan Pentingnya Konservasi Tanah dan Air

: Monumen Tanah Kritis di Solo, Jawa Tengah (Biro Humas KLHK)


Oleh Wahyu Sudoyo, Kamis, 4 Juli 2024 | 07:43 WIB - Redaktur: Untung S - 92


Jakarta, InfoPublik – Masyarakat, khususnya di Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah, diingatkan agar memiliki kesadaran yang tinggi untuk turut serta dalam upaya konservasi tanah dan air (KTA) melalui pembangunan Monumen Tanah Kritis (MTK) di Areal pengelolaan Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Solo.

"Hal ini sangat penting dilakukan sehingga dapat berkontribusi dalam upaya penurunan lahan kritis," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan (Dirjen PDASRH KLHK), Dyah Murtiningsih, dalam keterangannya terkait acara Penamaan Monumen Tanah Kritis (MTK) Ir. Bambang Soekartiko - Ir. Dwiatmo Siswomartono, M.Sc di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada Rabu (3/7/2024).

Menurut Dyah, bangunan MTK terdiri atas tanah kritis seluas 500 meter persegi (m2) di Areal pengelolaan BPDAS Solo, dengan luasan kurang lebih 14.000 m2 (1,4 hektare), yang dilestarikan keberadaannya atau kekritisannya.

Dalam areal ini terdapat model penerapan bangunan KTA yang terdiri atas DAM pengendali, gully plug, teras bangku, saluran pembuangan air, bangunan terjunan dan arboretum.

“Keberadaan monumen ini menjadi pengingat bagi masyarakat luas bahwa dulu kondisi lahan di sekitarnya sangat kritis. Seiring dengan upaya konservasi tanah dan air, lahan di sana secara perlahan menjadi subur,” tuturnya.

Dyah mengatakan, kegiatan penamaan MTK dengan nama tokoh KTA, yaitu Bambang Soekartiko dan Dwiatmo Siswomartono merupakan bentuk penghargaan kepada orang-orang yang telah memberikan kontribusi di bidang konservasi tanah dan air.

Penamaan MTK juga dilatarbelakangi oleh ide dan usaha kedua tokoh tersebut untuk mewujudkan monumen ini.

"Tanah ini untuk memberikan peringatan kepada masyarakat luas, kondisi apabila tanah atau lahan di sekitar kita tidak dilakukan konservasi tanah dan air, yang terjadi adalah lahan kritis seperti yang ada di monumen sini. Dengan adanya monumen ini tentu saja kita berharap masyarakat luas akan bisa belajar kedepan kita untuk benar-benar menerapkan konservasi tanah dan air," pungkas Dirjen PDASRH KLHK.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Sabtu, 29 Juni 2024 | 16:10 WIB
Pembangunan Rusun ASN PUPR di Jateng Ditargetkan Rampung Akhir Tahun
  • Oleh MC PROV GORONTALO
  • Jumat, 8 Maret 2024 | 17:59 WIB
Danau Limboto Jadi Lokasi Kegiatan 'Aksi Bersih Negeri' di Provinsi Gorontalo
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Jumat, 23 Februari 2024 | 06:06 WIB
KLHK Dorong Pengelolaan Sampah Jadi Solusi Tiga Krisis Planet
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Kamis, 22 Februari 2024 | 06:42 WIB
Begu Kluti Dipulangkan ke Habitat Alaminya di Taman Nasional Gunung Leuser
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Selasa, 20 Februari 2024 | 18:33 WIB
Menteri LHK Dorong Jajaran Tingkatkan Pemahaman Nilai Ekonomi Karbon