Kemnaker Terus Transformasi BLK untuk Kurangi Kesenjangan Keterampilan

: Menaker Ida Fauziah usai membuka Dialog Nasional bertajuk "Kolaborasi untuk Pelatihan Vokasi dan Produktivitas" bersama wartawan senior Andi F Noya di Jakarta, Selasa (30/1/2024)/Dok Kemnaker


Oleh Baheramsyah, Selasa, 30 Januari 2024 | 17:12 WIB - Redaktur: Untung S - 130


Jakarta, InfoPublik - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, menyatakan bahwa Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) terus berupaya mengurangi kesenjangan keterampilan (skill gap) antara pemberi kerja yang mewakili kebutuhan industri dan para pencari kerja.

Salah satu upaya yang dilakukan Kemnaker adalah dengan melakukan transformasi BLK berupa link and match ketenagakerjaan.

"Pelatihan harus didesain menjawab kebutuhan pasar kerja. Itu yang kami lakukan. Makanya kami terus melakukan transformasi," ucap Menaker seusai membuka Dialog Nasional bertajuk "Kolaborasi untuk Pelatihan Vokasi dan Produktivitas" di Jakarta, Selasa (30/1/2024).

Menaker menambahkan, upaya lain yang dilakukan Kemnaker, yaitu melalui Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dengan Industri (FKLPI) yang terdapat di balai-balai vokasi.

FKLPI berfungsi sebagai jembatan atau wadah komunikasi antara Lembaga Pelatihan Kerja, khususnya BLK dengan industri dengan mempertimbangkan potensi ekonomi daerah, perkembangan dunia usaha dan teknologi, serta kebijakan-kebijakan pembangunan daerah dimana BLK beroperasi.

"Karena di situlah kita tahu kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Kemudian mengajak dunia usaha dan dunia industri mengajak bersama-sama mendesain pelatihan agar sesuai dengan kebutuhan mereka," ucapnya.

Ia mengemukakan, saat ini urgensi untuk mengatasi kesenjangan keterampilan secara global semakin tinggi. Penuaan populasi, globalisasi, perubahan iklim, maupun digitalisasi akan menimbulkan kesenjangan keterampilan.

Menurutnya, adanya kesenjangan keterampilan akan menyebabkan produktivitas rendah, turnover tinggi, dan kurangnya inovasi. "Hal ini berdampak pada timbulnya ketidakpastian secara sosial-ekonomi yaitu seperti semakin tinggi biaya hidup dan berpotensi menimbulkan krisis sosial," ucapnya.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Jumat, 6 September 2024 | 15:16 WIB
Indonesia Targetkan 250 Ribu Pekerja Migran ke Jepang dalam Lima Tahun
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Jumat, 6 September 2024 | 15:14 WIB
Indonesia dan Jepang Perkuat Kolaborasi untuk Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Kerja
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Jumat, 6 September 2024 | 15:04 WIB
Menaker Ida Fauziyah Buka Peluang Baru untuk Tenaga Kerja Indonesia di Jepang
  • Oleh MC KAB HULU SUNGAI UTARA
  • Sabtu, 31 Agustus 2024 | 13:51 WIB
48 Peserta Ikuti Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pencari Kerja
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Sabtu, 31 Agustus 2024 | 16:07 WIB
Kemnaker-APINDO Jalin Kerja Sama Bidang Ketenagakerjaan
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Jumat, 30 Agustus 2024 | 12:34 WIB
Kemnaker Luncurkan Posko dan Satgas untuk Lawan Hoaks Lowongan Kerja
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Jumat, 30 Agustus 2024 | 12:32 WIB
Desmigratif Tingkatkan Kesejahteraan dan Perlindungan Pekerja Migran