- Oleh Putri
- Selasa, 26 November 2024 | 01:05 WIB
: Update Kasus Monkeypox di Indonesia per 22 November 2023/Foto: Tangkapan Layar Youtube Kemenkes
Jakarta, InfoPublik - Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Kemenkes Achmad Farchanny mengatakan kasus konfirmasi cacar monyet atau Monkeypox di Indonesia per 22 November 2023 sebanyak 57 kasus.
Kemudian delapan kasus suspect atau sudah diperiksa laboratorium namun hasilnya belum keluar, sebanyak 191 kasus dinyataan negatif Monkeypox, dan sebanyak 33 dari 57 kasus sudah sembuh.
“Provinsi yang melaporkan Monkeypox paling banyak yaitu DKI Jakarta sebanyak 42 kasus konfirmasi, Banten enam kasus, Jawa Barat enam kasus, Jawa Timur dua kasus, dan Kepulauan Riau satu kasus,” kata Farchanny pada Kamis (23/11/2023).
Lanjutnya, hingga saat ini pasien Monkeypox di Indonesia 100 persen laki-laki dengan rentang usia paling banyak 30-39 tahun 24 kasus, 25-29 tahun 17 kasus, 18-24 tahun 13 kasus, 40-49 tahun dua kasus, dan lebih 50 tahun satu kasus.
Orientasi seks adalah terbanyak yaitu laki-laki seks dengan laki-laki 35 kasus, kemudian biseksual 11 kasus, heteroseksual tujuh tujuh kasus, tidak diketahui dua kasus, dalam investigasi dua kasus.
Farchanny menjelaskan bahwa kasus konfirmasi Monkeypox ini rata-rata disertai kondisi penyerta lebih dari satu. Kasus penyerta terbanyak juga menderita HIV+ ada 39 kasus, sipilis 16 kasus, hipertensi dua kasus, HSV dua kasus, dan Tuberkulosis aktif dua kasus.
“Status keperawatan hingga saat ini, yang menjalani isolasi di RS ada tujuh, isolasi mandiri dalam pengawasan Dinas Kesehatan 14 kasus, dirawat di RS kemudian meninggal dunia satu kasus,” kata Farchanny.
Penularan terbanyak karena kontak seksual 51 kasus, yang belum diketahui penularannya sebanyak enam kasus. Rata-rata gejala yang timul dari ke 57 kasus tersebut yaitu demam dan timbul lesi sebanyak 54 kasus dan tidak ada gejala tiga kasus.
Untuk penanggulangannya, Farchanny mengatakan pihaknya sudah melakukan vaksinasi untuk dosis kedua pada 21 November 2023, yang sebelumnya dosis pertama dilakukan 23 Oktober 2023 dengan sasaran 495 orang yang terdiri dari kelompok erat dan orang dengan HIV.