- Oleh Jhon Rico
- Minggu, 24 November 2024 | 11:11 WIB
: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memimpin upacara peringatan Hari Juang Polri di Monumen Perjuangan Polri, Surabaya, Rabu (21/8/2024)/ dok. Humas Polri.
Jakarta, InfoPublik - Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Listyo Sigit Prabowo memimpin upacara peringatan Hari Juang Polri yang pertama kalinya diselenggarakan pada 21 Agustus 2024, di Monumen Perjuangan Polri, Surabaya.
Didalam pelaksanaan upacara tersebut, Kapus Sejarah Polri, Brigjen Pol. Hari Nugroho, membacakan sejarah singkat M. Jasin, dilanjut dengan pembacaan naskah Proklamasi Polisi oleh Listyo Sigit Prabowo.
Usai pelaksanaan upacara peringatan Hari Juang Polri, dilanjut dengan drama kolosal perjuangan Polisi Istimewa dan penyobekan bendera Belanda, merah putih biru yang terpasang di hotel yamato.
Drama kolosal ini diperankan oleh para pecinta sejarah dari berbagai komunitas yang ada di Surabaya.
Brigjen Pol Hari Nugroho menjelaskan. Hari Juang ini sudah di teliti sejak 14 tahun yang lalu, oleh Komjen Pol. (purn) Arif Bayunadi.
Secara intensif beliau melaksanakan FGD dan.sarasehan, dan kemudian membuat naskah akademik untuk hari juang ini.
Selanjutnya, pada 22 Januari 2024 terbitlah kepuasan Kapolri tentang Hari Juang Polri.
“Memang ada beberapa hari bersejarah yang memang harus diangkat oleh kepolisian, terkait dengan perjuangan kepolisian jaman dulu, kalo yang kita tau dari semua kolosal tadi bahwa semua elemen masyarakat pasti akan ikut berjuang,” kata dia.
Ia menyatakan bahwa Polri memang belum memiliki Hari Juang, dibanding dengan TNI tiga matra yang sudah memiliki hari bersejarah masing-masing.
Terkait dengan Hari Juang, jelas dia, semua peristiwa bersejarah ini berawal dari kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Menurut dia, M Jasin mengadakan rapat dengan anggotanya untuk mengambil sikap Polisi mau seperti apa.
“Dan diputuskan bahwa tanggal 21 akan mengucapkan semacam sumpah atau bentuknya Proklamasi Polisi, bahwa sekarang Polisi adalah Polisi Republik Indonesia,” ujar dia.
"Kemudian, pada 21 Agustus itu juga menjadi perjuangan polri berikutnya, yaitu mulai ada perlawanan berupa pelucutan senjata, kemudian membagi-bagikan sejata, mengirim senjata ke wilayah lain untuk membantu perjuangan dan menurunkan bendera Jepang, menaikkan bendera merah putih dan seterusnya sampai dengan peristiwa 10 November,” tambah dia.
Untuk memperingati momen tersebut, nilai-nilai perjuangan M. Jasin dapat ditiru oleh generasi penerus Polri.
“Beliau kan orang yang humanis, kalo kita liat di cerita atau beberapa buku literatur, beliau juga mengamankan orang Belanda pada saat kejadian peperangan tahun itu, kemudian beliau juga sosok yang pemberani dan dari segi agama beliau juga adalah orang yang taat beragama,” kata dia.