- Oleh Eko Budiono
- Selasa, 3 Desember 2024 | 10:17 WIB
: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat membuka Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) atau International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy (IC-CCRL), yang diadakan oleh Kemlu RI bekerja sama dengan Institut Leimena, di Jakarta, Rabu (10/7/2024). Foto: Infomed Kemlu - Abi
Oleh Eko Budiono, Kamis, 11 Juli 2024 | 21:16 WIB - Redaktur: Untung S - 279
Jakarta, InfoPublik - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, pentingnya dialog konstruktif untuk mengatasi berbagai konflik di seluruh dunia.
Ssperti dilansir laman Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Rabu (10/7/2024), konflik-konflik itu tidak secara inheren religius, tetapi unsur-unsur agama sering terkait, meningkatkan ketegangan.
Menurut Retno, memahami beragam agama menjadi sangat penting, serta kebebasan setiap agama harus dijamin secara hukum.
"Dalam hal itu, terdapat tiga agenda di mana Indonesia senantiasa bekerja secara aktif bersama komunitas internasional, yaitu mempekuat toleransi, mempromosikan inklusifitas, dan mendorong kolaborasi lintas agama," ungkap Retno, usai membuka secara resmi Konferensi Internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) atau International Conference on Cross-Cultural Religious Literacy (IC-CCRL), yang diadakan oleh Kemlu RI bekerja sama dengan Institut Leimena, di Jakarta, Rabu (10/7/2024).
Total negara yang hadir pada acara IC-CCRL sebanyak 37 negara, meliputi para pembicara, moderator, peserta, dan tamu undangan termasuk kedubes asing di Jakarta yang hadir pada sesi pembukaan. Gelaran kegiatan juga dihadiri peserta yang mengikuti secara daring baik dari dalam dan luar negeri.
Tamu undangan dari kedubes asing pada tingkat kepala perwakilan terlihat Duta Besar Austria, Yordania, Romania, Spanyol, Vatikan dan Persatuan Emirat Arab. Sedangkan Kedubes lain seperti Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Malaysia, Laos, dan Filipina mengirimkan diplomatnya. Selain peserta konferensi di atas, peserta konferensi juga meliputi para pemimpin masyarakat sipil, dan para alumni pelatihan LKLB, yang terdiri dari guru madrasah dan sekolah.
Tema yang diangkat adalah “Multi-faith Collaborations in an Inclusive Society", yang berfokus kepada pemahaman adanya kebutuhan yang semakin besar kolaborasi multiagama di mana orang-orang dari berbagai agama dan kepercayaan dapat saling belajar dan bekerja sama, dengan tetap mengakui dan menghormati perbedaan agama dan kepercayaan mereka, dalam mengatasi masalah-masalah yang menjadi perhatian bersama.