- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Kamis, 19 Desember 2024 | 15:14 WIB
: Menaker Yassierli saat menjadi keynote speaker dalam acara Grand Launching dan Focus Group Discussion “Indonesia-Tiongkok Education and Industry Global Partnership 2024” di Universitas Training Center (UTC), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rabu (18/12/2024)/Foto : Humas Kemnaker
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Kamis, 19 Desember 2024 | 08:51 WIB - Redaktur: Untung S - 104
Jakarta, InfoPublik - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli memberikan apresiasi atas pembentukan Komunitas Industri-Pendidikan Tiongkok-Indonesia sebagai langkah strategis dalam meningkatkan kualitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia. Kolaborasi antara dunia industri dan pendidikan ini, menurut Yassierli, merupakan upaya nyata dalam mempersiapkan tenaga kerja Indonesia yang siap menghadapi tantangan masa depan.
"Kami menyambut baik keterlibatan berbagai institusi, mulai dari sektor swasta, perguruan tinggi, hingga media, yang ingin bekerja sama dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing," ujar Yassierli saat menjadi keynote speaker dalam acara Grand Launching dan Focus Group Discussion bertajuk “Indonesia-Tiongkok Education and Industry Global Partnership 2024” yang diselenggarakan di Universitas Training Center (UTC), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), pada Rabu (18/12/2024).
Dalam keterangan yang diterima InfoPublik pada Kamis (19/12/2024), Yassierli menekankan bahwa pembentukan komunitas ini merupakan hasil dari komunikasi intensif antara sektor industri dan perguruan tinggi vokasi. Sinergi ini memungkinkan kebutuhan dunia industri untuk disampaikan langsung kepada institusi pendidikan, sehingga kurikulum dan sistem pendidikan dapat lebih responsif terhadap permintaan pasar tenaga kerja.
"Ini adalah langkah awal kerja sama yang penting antara perguruan tinggi vokasi Indonesia dan perusahaan Tiongkok yang berinvestasi di Indonesia. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi kurikulum dan sistem pendidikan untuk menjawab kebutuhan tersebut," lanjutnya.
Yassierli juga mencatat bahwa kebutuhan industri Tiongkok terhadap tenaga kerja Indonesia cukup besar. Meskipun ada perbedaan signifikan dalam jenis keterampilan yang dibutuhkan oleh industri di kedua negara, respons cepat dari institusi vokasi sangat penting untuk menyesuaikan pendidikan dan pelatihan dengan permintaan pasar.
"Ini adalah peluang besar bagi Indonesia untuk menyiapkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan Tiongkok. Jika tidak, kita khawatir posisi tersebut akan diisi oleh tenaga kerja asing," ujar Yassierli.
Menaker berharap bahwa ke depan akan ada diskusi lebih lanjut untuk mengidentifikasi keterampilan spesifik yang dibutuhkan oleh industri Tiongkok. Menurutnya, pelatihan yang dibutuhkan bisa memakan waktu beberapa bulan hingga tahun, tergantung pada kompleksitas keterampilan yang diperlukan.
Selain itu, Yassierli juga menegaskan komitmen Kemnaker untuk mendukung tiga program prioritas Presiden RI Prabowo Subianto, yaitu swasembada pangan, ketahanan energi, dan hilirisasi industri. "Tiga sektor prioritas ini akan terus menjadi fokus kami dalam mempersiapkan tenaga kerja yang kompeten," tutupnya.
Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan hubungan antara Indonesia dan Tiongkok semakin kuat, sekaligus menghasilkan tenaga kerja Indonesia yang mampu bersaing di pasar global.