Jakarta, InfoPublik - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan merancang strategi pencapaian swasembada pangan di Indonesia.
Dalam mendorong rancangan tersebut, BRIN memfasilitasi diskusi nasional dalam menyusun rekomendasi kebijakan terkait. Maka akan berlangsung ”Pareto 2024 Simposium Praktisi dan Periset Ekonomi: Merancang Strategi Tepat dan Efektif untuk Mencapai Swasembada Pangan Indonesia” di Kampus BRIN Kawasan Sains Sarwono Prawirohardjo Jakarta pada 28-29 November 2024.
Swasembada merupakan sebuah keharusan untuk memastikan ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Presiden Prabowo Subianto dalam berbagai kesempatan menekankan bagaimana urgensi swasembada pangan di tengan berbagai tantangan global yang terus berkembang. Maka, kebutuhan untuk memproduksi pangan berkualitas dan berkelanjutan menjadi semakin mendesak.
Menurutnya, swasembada pangan tidak hanya berfokus pada peningkatan 56 persen produksi pangan guna memenuhi kebutuhan 10 miliar penduduk di 2050, melainkan mulai bergeser ke arah produk pangan yang tidak hanya berkualitas. Itupun yang memenuhi kriteria tertentu seperti aman, sehat, memiliki fungsi dan standar tertentu, serta terjangkau oleh masyarakat. Isu ramah lingkungan dan pangan fungsional juga menjadi orientasi konsumen tersendiri, khususnya untuk kelas ekonomi tertentu.
Kepala Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat BRIN Agus Eko Nugroho mengatakan, sebagai salah satu negara kepulauan terbesar, Indonesia menghadapi tantangan unik dalam mencapai ketahanan pangan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Terlebih Indonesia sebagai negara agraris, di mana produksi pertanian sangat penting untuk mata pencaharian dan stabilitas ekonomi.
”Isu – isu ketahanan pangan di Indonesia seperti kekurangan gizi, fluktuasi harga pangan, dan dampak perubahan iklim masih menjadi tantangan yang harus dihadapi,” kata Agus pada keterangan resmi BRIN, Kamis (28/11/2024).
Lebih dari 30 persen penduduk mengalami kerawanan pangan, terutama di daerah pedesaan. Lantas lagi, walaupun perekonomian Indonesia telah menunjukkan ketahanan dengan fokus pada diversifikasi di luar sumber daya alam, namun kesenjangan pertumbuhan tetap ada. Daerah pedesaan sering tertinggal dari pusat kota dalam pembangunan.
”Untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, strategi pencapaian swasembada pangan harus difokuskan pada beberapa titik kunci utama,” imbuh Agus.
Kunci utama tersebut yaitu peningkatan keterampilan tenaga kerja di sektor pertanian, terutama dalam penggunaan teknologi modern sebagai kunci untuk mengoptimalkan produktivitas dan pencapaian swasembada pangan serta pertumbuhan ekonomi berkelanjutan; penguatan pembiayaan dan model bisnis yang berkelanjutan, terutama peningkatan aksesibilitas keuangan yang lebih baik bagi petani dan pelaku industri pangan; serta penguatan tata kelola kelembagaan ekonomi serta penerapan teknologi menuju ketahanan pangan, terutama pada sektor produksi dan distribusi, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem pangan nasional.
Maka Pareto 2024 siap untuk memfasilitasi interaksi yang intensif antara periset, akademisi, pemerintah, dan sektor swasta untuk membahas isu-isu pembangunan ekonomi Indonesia di tahun 2025. Selain itu, kegiatan ini juga mendorong kolaborasi pentahelix (akademisi, bisnis, pemerintah, komunitas, dan media) guna merumuskan langkah-langkah strategis dan tepat dalam mencapai swasembada pangan Indonesia.
Hasil simposium ini rencananya akan menjadi rekomendasi startegis yang akan dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan implementasi kebijakan menuju swasembada pangan melalui fokus peningkatan tenaga kerja terampil, penguatan skema pembiayaan, serta penguatan kelembagaan ekonomi berbasis teknologi digital.
Dengan memanfaatkan pendekatan kolaboratif, pemangku kepentingan dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang menguntungkan semua segmen masyarakat, terutama populasi yang rentan. Integrasi sektor-sektor ini bukan hanya kebutuhan, namun pada peluang untuk transformasi dalam lanskap ekonomi Indonesia.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Menteri Ekonomi Kreatif RI, Teuku Riefky Harsya dan Wakil Menteri Pertanian RI, Sudaryono.