- Oleh Isma
- Kamis, 28 November 2024 | 21:49 WIB
: Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dan Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito disela-sela kegiatan China - Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum 2024/Foto : InfoPublik/Farizzy Adhy
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Kamis, 28 November 2024 | 11:11 WIB - Redaktur: Untung S - 40
Jakarta, InfoPublik – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali memperkuat kerja sama maritim Indonesia dengan Cina dan beberapa negara di Asia Tenggara melalui partisipasinya dalam The 8th China-Southeast Asian Countries Marine Cooperation Forum.
Forum internasional yang digelar di Auditorium B.J Habibie, Kantor BRIN, Jakarta pada Kamis (28/11/2024), ini menjadi momen penting dalam mempererat hubungan bilateral di sektor maritim.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menyatakan bahwa forum ini memainkan peran strategis dalam memperkuat hubungan antara Cina dan negara-negara Asia Tenggara, khususnya dalam konteks kerja sama kelautan dan riset maritim.
“BRIN menjadi mitra utama Cina dalam kerja sama ini. Kami juga berperan sebagai hub bagi negara-negara Asia Tenggara, termasuk yang berada di luar ASEAN, untuk memperkuat kolaborasi di bidang maritim,” ujar Handoko.
Menegaskan posisi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 60 persen wilayahnya berupa laut, Laksana Tri Handoko menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam mengatasi tantangan kelautan global. “Laut tidak memiliki batas wilayah. Oleh karena itu, kerja sama dengan berbagai negara diperlukan untuk menghadapi tantangan seperti perubahan iklim, peningkatan permukaan air laut, dan penanganan sampah laut,” tambah Handoko.
Indonesia, yang memiliki potensi besar dalam sektor maritim, menganggap kolaborasi internasional ini sebagai kunci untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut dan meningkatkan kapasitas riset dalam bidang kelautan. Forum ini juga bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan inovasi dalam mengatasi permasalahan global terkait kelautan dan perubahan iklim.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito, menjelaskan bahwa kerja sama maritim ini mencakup berbagai aspek, termasuk interaksi antara laut dan atmosfer serta perubahan iklim. “Fokus utama kami adalah riset terkait kelautan, mulai dari ekosistem laut, perubahan iklim, hingga eksplorasi dasar laut. Semua aspek ini menjadi bagian integral dari riset yang kami lakukan,” ungkap Mego.
Dengan tema "Strengthen Collaboration on Ocean and Climate to Accelerate Actions for The UN Decade of Ocean Science", forum itu kembali diaktifkan setelah sempat terhenti akibat pandemi COVID-19. Forum itu dihadiri oleh perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta delegasi negara-negara Asia Tenggara, yang bersama-sama membahas langkah-langkah konkret untuk mempercepat aksi terkait perubahan iklim dan perlindungan ekosistem laut.
Salah satu agenda penting dalam forum ini adalah penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Sumber Daya Alam Cina dan BRIN. Wakil Menteri Sumber Daya Alam Cina, Shuxian Sun, bersama dengan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menyaksikan penandatanganan yang menandai langkah konkret dalam memperkuat kerja sama riset dan inovasi maritim antara kedua negara.
Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat upaya Indonesia dalam menjaga ekosistem laut yang berkelanjutan, serta meningkatkan kapasitas riset dan inovasi di bidang maritim. Melalui forum ini, Indonesia semakin menegaskan komitmennya untuk berkontribusi dalam menjaga kesehatan laut dunia.
BRIN terus berkomitmen untuk mendukung inovasi maritim di Indonesia, dengan fokus pada pengembangan riset yang dapat mendukung kebijakan nasional dalam melindungi lingkungan laut. Dengan berpartisipasi aktif dalam forum internasional seperti ini, BRIN berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi tantangan global terkait perubahan iklim dan permasalahan kelautan lainnya.
BRIN bertekad untuk memperkuat sektor maritim Indonesia sebagai salah satu pilar utama pembangunan nasional, dengan menjadikan riset dan inovasi maritim sebagai kunci untuk menghadapi tantangan besar yang dihadapi lautan dunia.