- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Rabu, 20 November 2024 | 20:10 WIB
: Peneliti Ahli Madya Pusat Risit Kimia, Deliana Dahnum dalam acara Media Lounge Discussion (MELODI) yang diselenggarakan di Media Lounge, Gedung B.J. Habibie, Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2024)/ foto: Fajri InfoPublik
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Kamis, 21 November 2024 | 15:30 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 79
Jakarta, InfoPublik – Pusat Riset Kimia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan potensi bio jest fuel berbasis dari minyak kelapa sebagai upaya inovasi dalam pengembangan energi terbarukan sehingga mampu untuk menciptakan kemandirian energi di masa mendatang.
Hal itu disampaikan Peneliti Ahli Madya Pusat Risit Kimia, Deliana Dahnum dalam acara Media Lounge Discussion (MELODI) yang diselenggarakan di Media Lounge, Gedung B.J. Habibie, Jl. M.H. Thamrin No. 8, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2024).
Deliana menjelasakan bahwa bio-jet fuel merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang memanfaatkan minyak nabati sebagai bahan baku.
Ia menyebut bahwa kelapa merupakan komoditas yang banyak dihasilkan di Indonesia, dari kelapa yang terbuang karena tidak bisa diolah maka diambil untuk dimanfaatkan potensi minyaknya menjadi bio-jet fuel.
“Katalis tempat materialnya kemudian diujikan di suatu alat namanya creator yang mempunyai tekanan tinggi dan juga temperatur kita bisa setting prosesnya bersama dengan minyak kelapa tadi, kemudian kita juga pengen tahu kenapa material itu bisa konversi memproduksi bio jet fuel, maka kita karakteristikan kemudian kita meyakinan besar apakah sudah terbentuk kita analisis begitu,” ujar Deliana.
Ia juga menjelaskan bahwa dalam proses pengembangan bio-jet fuel, minyak kelapa menjadi bahan dasar yang efektif menggunakan khususnya kelapa yang tidak layak konsumsi, seperti kelapa tua, kecil, atau yang sudah berjamur, untuk diolah menjadi bahan bakar pesawat alternatif.
Melalui inovasi ini, diyakini Indonesia tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil tetapi juga mendukung pemanfaatan sumber daya lokal yang ramah lingkungan, terutama dari bahan kelapa yang sudah tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal itu menciptakan ekonomi sekuler yang memanfaatkan kelapa tidak layak konsumsi menjadi bio jet fuel.
Penelitian yang Deliana tekuni terkait pengolahan minyak kelapa menjadi bio jet fuel sudah berlangsung sejak 2023 sesaat setelah menyelesaikan studi doktoralnya di luar negeri. Ia menyebut, untuk mengubah minyak kelapa menjadi bio-jet fuel, dibutuhkan proses katalisis dengan bantuan katalis yang efisien. Katalis yang digunakan menurut ia masih menggunakan katalis impor.
“Sudah kami inisiasi sejak 2021, waktu itu belum mencoba ke minyak kelapa baru senyawa model yang hampir sama seperti minyak kelapa. Melalui pendanaan dari LIPI, kemudian join project dengan Korea Selatan, jadi kita ada pendanaan dari Korea Selata. Kemudian kita lanjut sampai di 2023, waktu itu punya project dengan Jepang kita submit proposal dan waktu itu melalui pendanaan bisa melakukan research pada 2023,” ujarnya.
Pada 2024, pihaknya masih mengembangkan dan belum sampai ke skala yang lebih besar. Ia berharap pada tahun mendatang bisa meneliti dalam cakupan yang lebih besar, bisa gandeng bersama industri sehingga mampu menciptakan kemandirian energi untuk Indonesia.
“Kita ngga cuma selesai di laboratorium saja ataupun di paper base saja, jadi kita pengennya berlanjut sampai nanti bisa dimanfaatkan untuk industri ataupun masyarakat luas,” harap Deliana.
Sebagai informasi bahwa Deliana Dhanum berhasil meraih Penghargaan L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2024 bersama empat peneliti perempuan lainnya. Riset ini merupakan salah satu inovasi dengan memanfaatkan sumber daya lokal, untuk mendukung produksi bahan bakar ramah lingkungan yang dapat mengurangi emisi karbon.