- Oleh Wandi
- Sabtu, 16 November 2024 | 05:56 WIB
© 2023 - Portal Berita InfoPublik.
: Ilustrasi - Pembangkit energi baru terbarukan (EBT), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu yang berlokasi di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan kapasitas total 10 MW (4x2,5 MW) dan menjadi tulang punggung kebutuhan energi listrik pada sistem interkoneksi Manggarai yang terbentang dari Labuan Bajo, Ruteng hingga ke Ulumbu. ANTARA/HO-PLN
Oleh Eko Budiono, Sabtu, 16 November 2024 | 07:52 WIB - Redaktur: Untung S - 184
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa pemerintah tengah berupaya mempercepat transisi ke energi bersih dengan membangun infrastruktur interkoneksi listrik antara Pulau Sumatera dan Jawa.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, melalui keterangan resmi di sela-sela konferensi iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, pada Jumat (15/11/2024).
Eniya menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam mencapai target transisi energi bersih adalah keterbatasan infrastruktur interkoneksi listrik antarpulau. Saat ini, meskipun Pulau Sumatera memiliki potensi besar untuk menghasilkan listrik dari sumber energi terbarukan, seperti tenaga air, potensi ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal.
“Pulau Sumatra memiliki potensi luar biasa untuk pembangkit tenaga listrik dari air, namun potensi ini belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya karena belum ada jaringan transmisi yang menghubungkan Sumatera dengan pusat-pusat beban listrik di Jawa,” jelas Eniya.
Untuk itu, Kementerian ESDM berencana untuk memulai pembangunan interkoneksi listrik antara Sumatera dan Jawa dalam 2 hingga 3 tahun ke depan. Eniya menyebutkan bahwa proyek ini merupakan langkah strategis untuk memastikan distribusi energi bersih yang lebih merata antar pulau.
“Interkoneksi antara Sumatra dan Jawa akan menjadi salah satu solusi untuk memaksimalkan potensi energi terbarukan, khususnya tenaga air di Sumatera. Selain itu, interkoneksi juga diperlukan untuk Kalimantan dan Sulawesi, baik antarpulau maupun di dalam pulau itu sendiri,” tambah Eniya.
Eniya juga menyoroti peluang investasi besar yang dibuka Indonesia dalam pengembangan infrastruktur energi bersih. Pemerintah Indonesia membuka peluang investasi lebih dari 30 miliar dolar AS hingga 2030, khususnya untuk pengembangan energi terbarukan dan infrastruktur terkait.
“Indonesia memandang transisi energi sebagai peluang besar untuk investasi. Kami membuka kesempatan lebih dari 30 miliar dolar AS untuk pengembangan infrastruktur energi bersih hingga tahun 2030. Ini akan mendukung kita untuk mempercepat transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” kata Eniya.
Meskipun pemerintah berkomitmen untuk mempercepat transisi energi bersih, Eniya menegaskan bahwa batu bara masih akan menjadi bagian dari bauran energi nasional untuk beberapa waktu ke depan. Batu bara, menurutnya, masih diperlukan untuk menjaga keandalan sistem kelistrikan nasional, terutama dalam memastikan pasokan energi yang stabil.
“Batu bara akan tetap menjadi bagian dari bauran energi nasional dalam beberapa tahun mendatang. Meskipun demikian, kami berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara dan mempercepat penggunaan energi terbarukan,” ujar Eniya.
Konferensi COP29 di Baku, Azerbaijan, merupakan bagian dari upaya internasional dalam menangani perubahan iklim. COP atau Conference of the Parties adalah pertemuan tahunan negara-negara yang telah meratifikasi Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC).
Dalam acara tersebut, negara-negara berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam mengatasi perubahan iklim dan mempercepat transisi ke energi bersih.