- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Kamis, 21 November 2024 | 21:19 WIB
: Groundbreaking PT SEG Solar Inc. di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah pada Senin (30/9/2024)
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Selasa, 1 Oktober 2024 | 21:49 WIB - Redaktur: Untung S - 423
Jakarta, InfoPublik – SEG Solar Inc., produsen panel surya asal Amerika Serikat, menjadi investor pertama dari AS yang memulai pembangunan pabrik di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). Perusahaan itu resmi memulai investasi hilirisasi pasir silika sebagai bagian dari upaya pengembangan industri energi terbarukan di Indonesia.
Dalam acara groundbreaking PT SEG Solar Inc. di KIT Batang, Jawa Tengah, Senin (30/9/2024), Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Nurul Ichwan, menyampaikan bahwa langkah ini penting untuk meningkatkan realisasi investasi dan memperkuat ekosistem industri panel surya guna mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 42 persen pada 2030. Saat ini, bauran energi terbarukan di Indonesia baru mencapai 14 persen.
"Kementerian Investasi mendukung penuh hilirisasi pasir silika oleh PT SEG Solar Manufaktur Indonesia, sebagai langkah penting untuk meningkatkan nilai tambah dan memperkuat komitmen Indonesia dalam rantai pasok global serta pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC)," ujar Ichwan dalam keterangan pers yang diterima pada Selasa (1/10/2024).
Proyek ini akan menjadi pabrik panel surya terintegrasi terbesar SEG Solar di Asia Tenggara dengan rencana investasi senilai USD500 juta atau Rp8 triliun. Pabrik tersebut akan menyerap 2.000 tenaga kerja dalam lima tahun ke depan dan memanfaatkan lahan seluas 40 hektare.
Pabrik ini diperkirakan rampung pada 2025, dengan kapasitas produksi 5 Gigawatt (GW), yang akan diekspor ke Amerika Serikat dan pasar domestik. Groundbreaking ini merupakan tindak lanjut perjanjian pra-kerja sama antara SEG Solar Inc., PT ATW Solar Manufaktur Indonesia, dan KITB pada 23 Juni 2023 di Washington DC.
Amerika Serikat menunjukkan peningkatan investasi signifikan di Indonesia pasca-pandemi, dengan nilai investasi USD3,3 miliar pada 2023 dan hampir mencapai USD2 miliar pada semester pertama 2024.