- Oleh Wahyu Sudoyo
- Sabtu, 5 Oktober 2024 | 01:01 WIB
: Periset dari Pusat Riset Oseanografi BRIN, Muhammad Reza Cordova dalam acara Media Lounge Discussion (MELODI) dengan mengangkat tema “Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Indonesia dan Strategi Penanganannya” yang diselenggarakan BRIN di Ruang Media Lounge, Gedung B.J Habibie, Jakarta Pusat pada Rabu (11/9/2024)/ foto: Fajri InfoPublik
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Rabu, 11 September 2024 | 21:08 WIB - Redaktur: Untung S - 181
Jakarta, InfoPublik – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan sejumlah strategi pengelolaan sampah plastik untuk mengatasi pencemaran laut yang semakin mengkhawatirkan. Hal itu diungkapkan oleh Periset Pusat Riset Oseanografi BRIN, Muhammad Reza Cordova, dalam acara Media Lounge Discussion (MELODI) dengan tema “Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Indonesia dan Strategi Penanganannya” di Gedung B.J. Habibie, Jakarta Pusat, pada Rabu (11/9/2024).
Reza menjelaskan bahwa lebih dari 70 persen sampah plastik di perairan Indonesia berasal dari aktivitas manusia di daratan, terutama melalui sungai dan pantai yang tidak dikelola dengan baik. Hal ini berdampak buruk pada ekosistem laut dan mempengaruhi keberlangsungan kehidupan biota laut. Reza menekankan pentingnya tindakan pemerintah dalam menanggulangi masalah ini, berdasarkan riset BRIN.
“Salah satu solusi yang kami sarankan adalah meniru inisiatif Pemerintah Provinsi Jakarta, yang memasang jaring sampah di perairan sungai pada jarak tertentu. Ini bisa menjadi langkah awal yang baik untuk menekan kebocoran sampah plastik ke laut,” kata Reza.
Penelitian BRIN mengungkapkan bahwa dalam enam bulan terakhir, sampah plastik dari Indonesia telah mencapai perairan Samudra Hindia, dekat dengan Madagaskar. Fakta ini menjadi cerminan buruk pengelolaan sampah yang masih kurang optimal di Indonesia. Selain itu, Reza juga mengingatkan tentang bahaya mikroplastik, partikel plastik kecil berukuran kurang dari lima milimeter, yang telah ditemukan di hampir semua sampel air dan sedimen, serta pada spesies ikan dan kerang yang dikonsumsi masyarakat.
Untuk mengatasi pencemaran laut akibat sampah plastik, Reza merekomendasikan beberapa strategi penting. Salah satunya adalah penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi dan memonitor sampah plastik di laut secara lebih efektif. “Kami menyarankan adanya monitoring yang tepat dan memanfaatkan kecerdasan buatan, dengan standar baku mutu biosecurity,” jelas Reza.
BRIN juga mendukung kebijakan pemerintah yang membatasi penggunaan plastik sekali pakai dan memperkuat infrastruktur pengelolaan sampah di kota-kota besar, yang sudah diimplementasikan di beberapa daerah untuk mencegah pencemaran laut.
Selain solusi, Reza juga memaparkan tantangan besar yang dihadapi dalam pengelolaan sampah, seperti kepemimpinan yang bersifat politis dan minimnya anggaran untuk pengelolaan sampah di daerah. “Perlu ada kebijakan yang lebih jelas dan dukungan anggaran yang memadai untuk memastikan pengelolaan sampah yang optimal di seluruh Indonesia,” tambahnya.
Reza berharap, dengan kolaborasi yang lebih baik antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, masalah sampah plastik di laut dapat diminimalkan, sehingga lingkungan laut Indonesia tetap terjaga untuk generasi mendatang.