- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Sabtu, 2 November 2024 | 21:28 WIB
: Foto: Humas Kementan
Jakarta, InfoPublik – Kekeringan masih menjadi masalah serius bagi sektor pertanian di Indonesia, terutama di musim kemarau ini. Salah satu wilayah yang terdampak adalah Desa Cirangon, Kecamatan Majalaya, Karawang, Jawa Barat, di mana lahan seluas 50 hektare (ha) mengalami kekeringan. Kementerian Pertanian (Kementan) langsung mengambil langkah cepat untuk menangani masalah tersebut.
Kementan telah mengerahkan dua unit pompa air berkapasitas 6 inci untuk mengalirkan air ke lahan yang terdampak kekeringan. Pompanisasi ini dilakukan dengan memanfaatkan sumber air yang masih tersedia di sekitar area pertanian.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Andi Nur Alam Syah, menjelaskan bahwa lahan seluas 50 ha tersebut dikelola oleh tiga kelompok tani (poktan), yakni Tirta Waras, Tirta Bakti, dan Tirta Asih. Lahan ini mengalami kekeringan selama 30 hari, dengan standing crop yang berusia 30 hari setelah tanam (HST).
"Kekeringan ini terjadi karena sumber air Leuweung Sereh mengalami kerusakan pada dinding pondasi, yang menyebabkan aliran air ke sawah terhenti. Saat ini, perbaikan sedang dilakukan, namun selama proses tersebut, lahan sawah tidak mendapatkan irigasi," ungkap Andi dalam keterangan resmi yang diterima pada Jumat (6/9/2024).
Untuk mengatasi masalah ini, Kementan memasang dua pompa air berukuran 6 inci dan pipa sepanjang 150 meter di saluran pembuang Ciwadas guna mengalirkan air ke lahan yang kekeringan. Selain itu, pipa sepanjang 500 meter juga dipasang di saluran pembuang Ciderewak untuk mempercepat aliran air ke lahan pertanian yang teridentifikasi terdampak kekeringan.
"Pompanisasi dan perpipaan di dua titik, yaitu Ciwadas dan Ciderewak, kami lakukan sebagai solusi sementara. Kami akan terus mengevaluasi kondisi, dan jika diperlukan, irigasi perpompaan dapat diajukan," tambah Andi.
Pompanisasi ini merupakan bagian dari program Kementan yang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan petunjuk teknis (Juknis) untuk meningkatkan ketersediaan air irigasi, baik untuk persiapan olah tanah dan tanam, maupun untuk penyelamatan tanaman yang terdampak kekeringan.
Andi juga mengingatkan para petani untuk memanfaatkan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sebagai langkah mitigasi risiko jika terjadi gagal panen. "AUTP sangat penting agar petani terlindungi dari kerugian akibat gagal panen," ujar Andi.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, sebelumnya menyatakan bahwa pompanisasi merupakan solusi cepat untuk memperluas areal tanam, terutama di tengah kekeringan yang diakibatkan oleh gelombang panas global. Melalui program ini, Kementan yakin dapat meningkatkan produksi pertanian secara signifikan.
"Pompanisasi telah didistribusikan secara merata, sekarang saatnya kita bekerja keras meningkatkan indeks pertanaman. Dari yang tadinya hanya satu kali tanam, kita dorong menjadi tiga kali dalam setahun. Dengan demikian, kita bisa mencapai swasembada pangan dan menjadi lumbung pangan dunia," ujar Mentan.