- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Sabtu, 2 November 2024 | 21:31 WIB
: Kepala Bappebti, Kasan/ foto: Kemendag
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Sabtu, 2 November 2024 | 21:28 WIB - Redaktur: Untung S - 107
Jakarta, InfoPublik – Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) memperkuat optimalisasi Sistem Resi Gudang (SRG) untuk mendukung stabilitas harga komoditas dan memperluas akses pasar internasional bagi produk Indonesia. Langkah ini sejalan dengan program prioritas pemerintah Kabinet Merah Putih yang berfokus pada swasembada pangan, swasembada energi, dan hilirisasi.
Kementerian Perdagangan telah menetapkan tiga program prioritas untuk mendukung upaya tersebut, yakni pengamanan pasar dalam negeri, perluasan ekspor, dan mendorong UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi (BISA) untuk ekspor. Salah satu instrumen penting yang diandalkan Bappebti adalah SRG, yang berfungsi menjaga stok komoditas di gudang SRG serta memastikan kualitasnya tetap terjaga hingga siap dipasarkan.
“Bappebti berkomitmen mendukung penuh program prioritas pemerintah melalui optimalisasi SRG sebagai instrumen Perdagangan Berjangka Komoditas (PBK). SRG bertujuan menjaga nilai produk yang disimpan di gudang, memberi manfaat bagi petani, petambak, nelayan, dan pekebun,” ujar Kasan, Kepala Bappebti, dalam siaran pers pada Sabtu (2/11/2024).
Saat ini, ada 22 jenis komoditas yang dapat menggunakan fasilitas SRG sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 24 Tahun 2023, termasuk gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, dan produk-produk lainnya. Kasan menjelaskan bahwa SRG dapat dimanfaatkan untuk mengatasi gejolak harga yang sering terjadi akibat panen raya, perubahan cuaca ekstrem, atau dinamika harga global. Komoditas yang disimpan di gudang SRG terjamin kualitasnya karena telah melalui uji mutu sebelum disimpan.
Gudang SRG juga memiliki standar mutu sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), sehingga mampu menjaga kualitas komoditas selama masa penyimpanan. Saat ini, terdapat 123 gudang SRG yang dibangun oleh pemerintah dan 144 gudang SRG swasta yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan mekanisme penyimpanan ini, SRG berperan penting dalam menjaga stabilitas harga, mengontrol pasokan komoditas, dan mendukung upaya pemerintah dalam pengendalian inflasi.
Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan SRG dan Pasar Lelang Komoditas (PLK), Heryono Hadi Preasetyo, menyoroti bahwa SRG juga memiliki peran dalam mendukung peningkatan ekspor nonmigas Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, ekspor komoditas yang disimpan di gudang SRG telah berhasil menembus pasar internasional. Beberapa produk yang telah diekspor melalui SRG antara lain kopi dari Subang dan Aceh, beras organik dari Wonogiri, gabah dari Subang, ikan dari Bali, lada putih dari Bangka, serta rumput laut dari Makassar. Komoditas-komoditas ini menunjukkan keragaman produk Indonesia yang diminati pasar luar negeri.
“Potensi SRG dalam mendukung ekspor masih sangat besar. Ke depan, kami akan memastikan lebih banyak komoditas yang dapat diekspor dari gudang SRG dengan jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas,” kata Heryono.
Selain jenis komoditas yang tersedia, Bappebti merencanakan pengembangan SRG dan PLK lebih lanjut pada tahun 2025 sebagai implementasi Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2022 tentang Penataan, Pembinaan, dan Pengembangan Pasar Lelang Komoditas. Kolaborasi dengan pemerintah daerah, pusat registrasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta lembaga keuangan diharapkan dapat meningkatkan efektivitas SRG dalam menjaga harga komoditas.
Sekretaris Bappebti, Olvy Andrianita, menjelaskan bahwa konsep SRG di Indonesia sudah sangat jelas dan mendukung ekonomi rakyat kecil. SRG didukung regulasi seperti Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011, serta Permendag Nomor 53 Tahun 2022 tentang Pelaksanaan Skema Subsidi Resi Gudang, dan Permendag Nomor 24 Tahun 2023.
“Dengan dukungan regulasi, implementasi SRG diharapkan dapat berjalan optimal. Salah satu aspek penting adalah penguatan literasi kepada masyarakat, khususnya pemilik komoditas, pelaku usaha, dan pihak swasta yang terlibat dalam penyelenggaraan SRG,” tambah Olvy. Literasi ini penting agar para pemilik komoditas dapat memanfaatkan fasilitas SRG untuk menjaga nilai produk mereka di tengah fluktuasi pasar.
Data transaksi SRG menunjukkan peningkatan signifikan pada periode Januari—September 2024. Nilai penerbitan resi gudang tercatat mencapai Rp2,35 triliun, meningkat 200 persen dari periode yang sama pada 2023, yang hanya sebesar Rp781,12 miliar. Selain itu, nilai pembiayaan resi gudang naik 191 persen menjadi Rp1,57 triliun dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp539,75 miliar. Peningkatan ini didorong oleh tingginya volume dan nilai komoditas seperti timah, kopi, kedelai, gabah, beras, dan ikan yang disimpan di gudang SRG.