- Oleh Eko Budiono
- Sabtu, 5 Oktober 2024 | 10:41 WIB
: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B. Pandjaitan saat memberikan sambutan dalam Sesi Tematik Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, Jumat (6/9). Foto: Doc. Humas kemenko Marves. RI
Oleh Fatkhurrohim, Jumat, 6 September 2024 | 21:38 WIB - Redaktur: Untung S - 143
Jakarta, InfoPublik – Indonesia, sebagai salah satu negara ASEAN dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, diharapkan dapat memainkan peran kunci dalam upaya dekarbonisasi global. Menteri Koordinator Bidang Keemaritiman dan Investasi (Menko Marves) RI, Luhut Binsar Pandjaitan, menekankan bahwa Indonesia tidak hanya bisa menjadi pemain utama dalam transisi energi, tetapi juga berpotensi menjadi pengekspor utama energi terbarukan, terutama tenaga surya.
“Indonesia memiliki potensi energi surya sekitar 3.300 GW. Ini merupakan peluang besar untuk mendekarbonisasi negara kita sekaligus berkontribusi pada transisi energi global,” ujar Menko Luhut saat sesi tematik "Decarbonisation Opportunities in ASEAN" dalam Indonesia International Sustainability Forum 2024 (ISF 2024) di Jakarta, Jumat (6/9/2024).
Dalam sambutannya, Menko Luhut juga menyampaikan bahwa Indonesia telah menjalin kerja sama dengan Singapura dalam perdagangan listrik hijau. Kerja sama ini diproyeksikan dapat menarik investasi hingga USD 50 miliar untuk pengembangan tenaga surya dan manufaktur panel fotovoltaik (PV).
Di sektor transportasi, Indonesia aktif mengembangkan kendaraan listrik. Menurut Luhut, program insentif yang diluncurkan pemerintah mampu melipatgandakan penjualan kendaraan listrik baterai (BEV) dari 2022 hingga 2024, yang diperkirakan akan menarik investasi sekitar USD 10 miliar.
Selain itu, sebagai produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia dan penghasil rumput laut yang melimpah, Indonesia memiliki peluang besar dalam produksi biofuel untuk mendukung transisi energi.
“Bentang alam Indonesia menawarkan potensi besar untuk menyerap karbon secara alami. Melalui program rehabilitasi hutan skala besar, kita bisa mengurangi hingga 1.860 MtCO2e. Selain itu, kita juga memiliki kapasitas penyimpanan hingga 400 Gigaton untuk teknologi Carbon Capture Storage (CCS),” tambah Menko Luhut.
Namun, Luhut menegaskan bahwa upaya dekarbonisasi ini memerlukan kolaborasi internasional. Teknologi yang dibutuhkan untuk transisi energi harus dapat diakses, dan investasi besar harus diarahkan untuk mendanai inisiatif dekarbonisasi ini.
“Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri. Kerja sama sangat penting untuk memastikan transisi energi yang berkelanjutan di kawasan ASEAN,” pungkas Menko Luhut.