Hari Kedua COCOTECH ke-51 Bahas Pemanfaatan Kelapa untuk Ekonomi Berkelanjutan

: COCOTECH ke-51 diikuti oleh negara pemain utama sektor kelapa, seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, Jepang, dan India serta menghadirkan 39 pembicara terkemuka dari bidang kelapa/ foto: kemendag


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Kamis, 25 Juli 2024 | 17:13 WIB - Redaktur: Untung S - 240


Jakarta, InfoPublik – Pada hari kedua COCOTECH ke-51, para pemangku kepentingan yang tergabung dalam komunitas pegiat kelapa internasional saling berbagi pandangan. Fokus utama pembahasan adalah ragam pemanfaatan kelapa untuk praktik ekonomi berkelanjutan dan inklusif.

Berdasarkan siaran pers Kemendag yang diterima InfoPublik pada Kamis (25/7/2024), Kementerian Perdagangan RI bersama International Coconut Community (ICC) melanjutkan agenda konferensi dan pameran internasional COCOTECH ke-51 yang berlangsung di Surabaya, Jawa Timur.

Direktur Perundingan Antar Kawasan dan Organisasi Internasional Kemendag, Reza Pahlevi Chairul, yang juga selaku alternate National Liaison Officer (NLO) Indonesia untuk ICC, menyampaikan hal ini usai pelaksanaan hari kedua COCOTECH ke-51 tersebut.

Sesi konferensi hari kedua menghadirkan pembicara dari Filipina, Jepang, Malaysia, Belanda, Amerika Serikat, India, dan Indonesia. COCOTECH ke-51 berlangsung selama tiga hari, dari Senin hingga Rabu, 22-24 Juli 2024.

“Hari kedua COCOTECH ke-51 berlangsung sangat produktif. Para pembicara menyoroti pentingnya inovasi dan strategi pemanfaatan kelapa untuk menjawab tantangan masa depan. Pemanfaatan kelapa untuk ekonomi berkelanjutan dan inklusivitas sangat penting,” ujar Reza.

Dalam diskusi sesi ketiga sebagai pembuka konferensi hari kedua, Dr. Liberty H. Canja dari Otoritas Kelapa Filipina menjelaskan bahwa kelapa merupakan sumber bioenergi yang sangat potensial untuk beragam kebutuhan. Ia menyebutkan, kelapa memiliki daya serap karbon hingga 138 ton per hektare, sehingga berpotensi sebagai tanaman penyimpan karbon.

“Sabut, cangkang, dan daun kelapa dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar untuk produksi listrik skala kecil, pemanas industri, dan rumah tangga,” ujar Canja.

Pada sesi ketiga, Masato Fuji, Direktur Green Power Development Corporation of Japan (GPDCJ), menyampaikan materi tentang komersialisasi Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari kelapa nonstandar. Menurutnya, permintaan terhadap SAF diproyeksikan akan meningkat dalam beberapa tahun ke depan karena kontribusinya dalam pengurangan emisi gas rumah kaca.

“Jika dibandingkan dengan bahan bakar penerbangan konvensional, SAF dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 60 hingga 80 persen,” ujar Fuji.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Dida Gardera, menyampaikan tanggapan terkait pemanfaatan kelapa untuk keperluan SAF. Ia menjelaskan, Indonesia memiliki Program Kemitraan Sistem Closed Loop Komoditas Kelapa untuk mengembangkan sektor hulu-hilir dari kelapa nonstandar untuk keperluan SAF. Program ini diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI.

Terobosan lain dalam pemanfaatan kelapa dilihat dari pengembangan produk briket arang. Briket arang kelapa kini menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan dan bernilai sosial-ekonomi tinggi, sebagai solusi agar briket arang tidak lagi diperoleh melalui penebangan pohon.

“Briket arang kelapa menempati posisi strategis sebagai sumber bioenergi dan dapat dijadikan alat diplomasi ekonomi kelapa di tingkat internasional. Briket arang kelapa juga memenuhi kriteria untuk permintaan global yaitu profit, people, and planet (3Ps),” ujar CEO Tom Cococha Indonesia, Asep Jembar Mulyana.

Sesi keempat menghadirkan narasumber seperti CEO Mama Sita’s Holding Company Inc. dari Filipina, Clara Reyes Lapus; perwakilan Rumah Sakit Persahabatan, Rika Trismayanti; dan perwakilan Malaysian Agricultural Research and Development Institute (MARDI) Malaysia, Shaiful Adzni bin Sharifudin. Sesi ini membahas pemanfaatan kelapa sebagai bahan dasar premium dan kondimen untuk masakan, produk kesehatan, dan keperluan bioteknologi, termasuk cuka kelapa, virgin coconut oil, dan produk prebiotik.

Sesi kelima membahas penggunaan kelapa dalam industri berkelanjutan, seperti penggunaan substrat sabut kelapa untuk budidaya tanaman.

“Praktik berkelanjutan di sektor hortikultura dengan menggunakan substrat sabut kelapa semakin relevan di tengah tuntutan global akan rantai pasok dan produksi yang bertanggung jawab. Momentum ini perlu digunakan untuk ekspansi dan penetrasi pasar luar negeri,” ujar perwakilan Essar Engineers dari India, Rajarathinam Kanakarajan.

Dari aspek sosial, pengolahan sabut dan sekam kelapa telah menjadi sumber pemberdayaan ekonomi bagi kelompok marjinal di Indonesia. Hal ini membantu mereka menghasilkan pendapatan, mengembangkan keterampilan, dan memperbaiki status sosial.

“Keterlibatan kelompok termarjinalkan seperti perempuan dan narapidana dalam industri pengolahan kelapa merupakan kesempatan untuk promosi pertumbuhan ekonomi inklusif,” ujar Manajer Umum PT Agri Lestari Nusantara, Cepi Mangkubumi.

Dalam sesi keenam, yang menjadi penutup konferensi hari kedua, diskusi berfokus pada penangkapan dan penyimpanan karbon melalui tanaman kelapa (sekuestrasi). Potensi sekuestrasi biochar dari kelapa diproyeksikan dapat mengurangi lebih dari enam persen emisi global tahunan. Produk biochar dan kredit karbon dari limbah kelapa memiliki prospek menjanjikan baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan sebagai solusi menuju nol emisi karbon (zero emissions).

Turut hadir sebagai narasumber pada sesi keenam itu, yaitu perwakilan Asosiasi Perdagangan Karbon Indonesia, Riza Suarga; perwakilan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Setiari Marwanto; perwakilan South Dakota State University dari Amerika Serikat, Sarah C. Sellars; dan perwakilan Central Plantation Crops Research Institute, K.B. Hebbar.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Sabtu, 2 November 2024 | 21:31 WIB
Kemendag Fokus pada Penguatan Pasar dan Ekspor UMKM BISA
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Sabtu, 2 November 2024 | 21:28 WIB
Bappebti Optimalkan Sistem Resi Gudang untuk Dukung Swasembada Pangan dan Ekspor
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Sabtu, 2 November 2024 | 21:24 WIB
Kemendag Dorong UKM Tingkatkan Ekspor Furnitur ke Pasar Global
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Jumat, 1 November 2024 | 13:56 WIB
enaikan Harga Produk Pertambangan Berdampak pada Bea Keluar November 2024
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Jumat, 1 November 2024 | 13:34 WIB
BRIN dan LKPP Bersinergi Optimalkan Pasar Produk Riset untuk Pengadaan Pemerintah