:
Oleh lsma, Minggu, 25 Juni 2017 | 20:54 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 539
Jakarta, InfoPublik - Bank Indonesia memandang perkembangan Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia sampai dengan triwulan I 2017 masih cukup sehat.
Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia mencatat net kewajiban sebesar USD335,2 miliar (35,0% terhadap PDB) pada akhir triwulan I 2017, naik USD17,0 miliar dari posisi net kewajiban pada akhir triwulan IV 2016 yang sebesar USD318,3 miliar (34,1% terhadap PDB).
"Namun demikian, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko net kewajiban PII terhadap perekonomian," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (24/6).
Ia menjelaskan, peningkatan net kewajiban PII Indonesia tersebut disebabkan oleh peningkatan Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang melampaui peningkatan Aset Finansial Luar Negeri (AFLN).
Menurutnya, perkembangan tersebut sejalan dengan transaksi modal dan finansial pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami surplus pada triwulan I 2017 didukung oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian.
Ditambahkannya, posisi AFLN Indonesia pada akhir triwulan I 2017 naik 3,3% (qtq) atau sebesar USD9,9 miliar menjadi USD308,6 miliar. Kenaikan tersebut didukung oleh meningkatnya posisi cadangan devisa, investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya.
Peningkatan investasi langsung sejalan dengan peningkatan nilai aset di beberapa negara tujuan investasi dan pelemahan dolar AS terhadap sebagian besar mata uang dunia. Peningkatan investasi portofolio terutama dipengaruhi oleh net pembelian surat berharga di luar negeri yang dilakukan sektor swasta.
Sementara itu, lanjut Tirta, peningkatan investasi lainnya terutama dipengaruhi oleh penempatan aset keuangan di luar negeri oleh sektor swasta.
Di sisi lain, tambahnya, posisi KFLN Indonesia pada akhir triwulan I 2017 naik 4,3% (qtq) atau sebesar USD26,8 miliar menjadi USD643,9 miliar. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh derasnya aliran masuk modal investasi portofolio pada instrumen berdenominasi rupiah (SUN, SPN, dan saham) dan hasil penerbitan sukuk global pemerintah pada Maret 2017.
Hal ini terjadi seiring dengan perbaikan ekonomi domestik dan sentimen positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Selain itu, kenaikan posisi KFLN juga dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS terhadap rupiah dan kenaikan nilai instrumen investasi berdenominasi rupiah seperti yang ditunjukkan oleh kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Ke depan, Bank Indonesia berkeyakinan kinerja PII Indonesia akan semakin sehat sejalan dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia," pungkasnya.