World Bank: Ekonomi Indonesia Mengalami Pertumbuhan 5,0 Persen

:


Oleh lsma, Minggu, 26 Maret 2017 | 17:47 WIB - Redaktur: Juli - 298


Jakarta, InfoPublik - Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia Maret 2017 yang diterbitkan World Bank menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan, atau naik menjadi 5.0 persen di 2016 dari 4,9 persen pada 2015 meski ketidakpastian kebijakan global masih tinggi.

Derek Hung Chiat Chen, Senior Economist Macroeconomics and Fiscal Management World Bank untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik mengatakan Rupiah yang stabil, inflasi yang rendah, turunnya angka pengangguran dan naiknya upah riil mengangkat kepercayaan konsumen dan konsumsi swasta.

"Sebaliknya, belanja pemerintah dan pertumbuhan investasi melambat menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi untuk 2016 secara keseluruhan," kata Chen dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (26/3).

Dijelaskannya, fondasi ekonomi Indonesia tetap kokoh karena didukung tingkat pertumbuhan ekonomi yang kuat, defisit neraca berjalan dan tingkat pengangguran beberapa tahun terakhir yang rendah dalam, defisit fiskal yang terjaga baik, serta inflasi yang rendah.

"Kemiskinan dan ketimpangan juga menurun pada tahun 2016," ujarnya.

Ia pun mengakui bahwa kredibilitas fiskal Indonesia semakin menguat dengan adanya pemangkasan belanja pemerintah, serta sasaran yang lebih bisa dicapai dalam APBN 2017, memperkuat kepercayaan investor.

Defisit fiskal pada tahun 2016 sebesar 2,5 persen dari PDB, lebih rendah dari perkiraan sebesar 2,6 persen di tahun 2015. Defisit neraca berjalan saat ini berada di tingkat terendah dalam 5 tahun terakhir, yaitu 0.8 persen dari PDB pada kuartal keempat 2016, karena ekspor manufaktur menguat.

"Untuk tahun 2016 secara keseluruhan, defisit neraca berjalan berkurang dari 1,8 persen dari 2.0 persen pada tahun 2015," katanya.

Pada tahun 2017, lanjut Chen, pertumbuhan PDB riil diproyeksikan naik menjadi 5,2 persen di tahun 2017, dan mencapai 5,3 persen pada 2018.

"Konsumsi rumah tangga diproyeksikan semakin baik dengan adanya Rupiah yang stabil, upah riil lebih tinggi dan terus menurunnya angka pengangguran," kata Chen.

Di sisi lain, pertumbuhan investasi swasta diproyeksikan naik seiring pulihnya harga-harga komoditas, serta dampak kemudahan moneter pada tahun 2016 dan mulai berdampaknya reformasi ekonomi belakangan ini.

Harga komoditas yang lebih tinggi juga akan mengurangi hambatan fiskal dan mengangkat belanja pemerintah, sementara pertumbuhan global yang lebih kuat akan mendorong ekspor.

Inflasi pada 2017 diperkirakan naik sementara, dari 3,5 persen pada tahun 2016 menjadi 4,3 persen pada tahun 2017, akibat naiknya tarif listrik dan pajak kendaraan.