:
Oleh Putri, Rabu, 1 Februari 2017 | 15:05 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 450
Jakarta, InfoPublik – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia atau Gini Ratio pada bulan September 2016 tercatat sebesar 0,394. Angka ini menurun 0,003 poin bila dibandingkan dengan Gini Ratio bulan Maret 2016 sebesar 0,397.
Suharyanto Kepala BPS mengatakan Gini ratio di daerah perkotaan pada September 2016 tercatat sebesar 0,409 turun dibanding Gini Ratio Maret 2016 yang sebesar 0,410. Sedangkan Gini Ratio yang di daerah pedesaan pada September 2016 sebesar 0,316 juga turun dibanding Maret 2016 0,327.
“Pada September 2016 distribusi pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah adalah sebesar 17,11 persen. Yang artinya pengeluaran penduduk masih berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah,” katanya Rabu (1/2) di kantor BPS.
Lanjut Suharyanto, bila dirinci menurut wilayah di daerah perkotaan tercatat 16,02 persen yang artinya berada pada kategori ketimpangan sedang. Sementara untuk daerah pedesaan anagkanya tercatat 20,52 persen yang berarti masuk dalam kategori ketimpangan rendah.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perbaikan tingkat ketimpangan pengeluaran selama periode September 2015-September 2016 adalah tercatat kenaikan pengeluaran perkapita per bulan penduduk kelompok 40 persen terbawah dan 40 persen teratas, dan menguatnya perekonomian penduduk kelas menengah (kelompok 40 persen menengah).
Berdasarkan data survey angkatan kerja nasional, terjadi peningkatan pekerja yang berusaha sendiri /dibantu pekerja tidak dibayar dari 37,7 juta (Agustus 2015) menjadi 39,5 juta (Agustus 2016) atau naik sekitar 4,77 persen.
Provinsi yang memiliki Gini Ratio tertinggi tercatat di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 0,425. Lalu Gorontalo sebesar 0,410, Jawa Barat dan Jawa Timur masing-masing 0,402, Papua Barat 0,401, Selawesi Selatan 0,400, Papua 0,399, dan Dki jakarta 0,397. Sedangkan Gini ratio terendah adalah Provinsi Bangka Belitung 0,288.