:
Oleh Amrln, Senin, 23 Januari 2017 | 19:53 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 450
Jakarta, InfoPublik - Direktur Utama Bank BTN Maryono mengatakan pada tahun ini BTN akan tetap fokus dalam bisnis pembiayaan perumahan. Oleh karena itu BTN akan memperkuat bisnis mortgage dan konstruksi yang mendukungnya.
"Disamping itu BTN tetap akan meningkatkan low cost dan sustainable funding agar bisnis perseroan tetap didukung oleh ketersediaan dana berbiaya murah," kata Maryono dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (23/1).
Sementara untuk mendukung pelayanan kredit, lanjut Maryono, perseroan akan memperkuat manajemen perkreditan berbasis manajemen resiko serta implemantasi GRC. Ujung dari semua itu adalah hasil kerja tinggi dengan perolehan laba perseroan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
"Paling tidak kami optimis untuk pertumbuhan kredit 2017 masih di atas 20 persen dengan NPL di bawah 3 persen dan laba perseroan yang lebih baik dari perolehan tahun 2016," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Consumer Banking Bank BTN Handayani mengatakan pada tahun ini, perseroan akan terus melanjutkan kinerja bisnis positif yang tercapai pada tahun lalu. Salah satu strateginya, yakni melalui perbaikan struktur pendanaan.
Untuk terus memperbaiki struktur pendanaan, imbuh Handayani, perseroan menggelar upaya peningkatan dana murah. Langkah yang dilakukan yakni melalui program berhadiah Serbu BTN 2016.
“Melihat kesuksesan program Serbu BTN pada tahun lalu, kami berkomitmen akan terus menggelar penarikan undian tersebut di tahun ini,” jelas Handayani.
Sampai dengan November 2016, Bank BTN telah mencatatkan porsi CASA di level 48,11 persen atau naik dari 47,79 persen di bulan yang sama tahun lalu.
Laporan keuangan (anaudited) Bank BTN juga menerakan perseroan telah menghimpun dana murah senilai total Rp71,4 triliun pada November 2016 atau tumbuh 22,77 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp58,15 triliun di November 2015.
Secara keseluruhan, hingga bulan ke sebelas pada 2016, Bank BTN mencatatkan perolehan dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp148,41 triliun. Posisi tersebut naik 21,96 persen dari Rp121,68 triliun pada November 2015.